Sabtu, 07 April 2012

ASUHAN KEPERAWATAN mastoiditis


ASUHAN KEPERAWATAN
 mastoiditis

                       



“ MASTOIDITIS  “

A.   PENGERTIAN
Mastoiditis merupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan  komplikasi dari Otitis Media Kronis.  Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat di tulang temporal.  Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat. 
      Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis.  Pada saat belum ditemukannya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak - anak serta ketulian / hilangnya pendengaran pada orang dewasa.  Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis.

B.   ETIOLOGI
Kuman :
-          Streptococcus hemolyticus (60%)
-          Pneumococcus (30%)
-          Stapyilococcus aureus / albus
-          Streptococcus viridans
-          H. Influenza

C.  PATOFISIOLOGI
Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.
1.      Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.
2.      Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.
3.      Endogen : alergi, DM, TBC paru.


D.   DIAGNOSIS
1.Anamnesis
- Otorea terus menerus/kadang kambuh lebih dari 6-8 minggu.
- Pendengaran menurun (tuli).
2.Pemeriksaan.
1) Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).
-  Perforasi sentral.
-  Mukosa menebal.
-  Audiogram : tuli konduktif .
-  X-foto mastoid : sklerotik (pengerasan tulang).
2) Tipe Degeneratif
-     Perforasi sentral besar.   
-     Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.
-     Audiogram : tuli konduktif/campuran
-  X - foto mastoid : sklerotik.
            3) Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)
                -  Perforasi atik/marginal.
                -  Terdapat Kolesteatom
                -  Destruksi tulang pada margotimpani
-  Audiogram : tuli konduktif/campuran 
-  X-foto mastoid : sklerotik.
            4) Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)
    - Perporasi marginal besar atau total.
           - Granulasi dan kolesteatom.
           - Audiogram : Tuli konduktif/campuran.
           - X-Foto mastoid : sklerotik/rongga.
3.Pemeriksaan tambahan : pembuatan audiogram dan X-foto mastoid.

Penyulit

  1. Abses retro aurikula
  2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
  3. Labirintitis
  4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.



Penatalaksanaan

A.    Pengkajian

Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga dan rasa sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala.  Rasa sakit tidak berkurang dengan tindakan Myringotomy.  Selulitis timbul di kulit atau di kulit kepala luar selama proses mastoid berlangsung.  Pada pemeriksaan otostopik ditemukan adanya warna merah, tumpul / majal, tebal, membran timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa perforasi.  Nodes limpa postauricular teraba lembut dan membesar.  Klien mastoiditis juga dapat mengalami demam yang tidak begitu tinggi, malas dan anoreksia.
 Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Tipe Tubo Timpanal Stadium Aktif:
·         Antibiotika : ampisilin / amoxillin (3 - 4 x 500 mg oral), klindamisin (3 x 150 mg – 300 mg oral) per hari selama 5 - 7 hari.
·         Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya.
·         Perawatan lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenico l 1 - 2 %.
·         Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi.
·         Pada stadium tenang (kering, dilakukan Miringoplasty).
2.      Tipe degeneratif :
- Atikoantrotomi
- Timpanoplastik
3.      Tipe metaplastik / campuran :
- Mastoidektomi radikal
- Mastoidektomi radikal & rekonstruksi

Paresis / paralisis syaraf fasialis
  1. Menentukan lokasi lesi
- Dengan tes Scheimer : supra/intra ganglion.
- Refleks stapedeus : positif            lesi dibawah M. Stapedeus.       
                                  negatif            lesi diatasnya                                                    
  1. Mastoidektomi, urgen dan dekompresi syarap fasialis.
  2. Rehabilitasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
      Diagnosa keperawatan yang dapat timbul :
1.  Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
               Hasil yang diharapkan: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori   pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
       Intervensi keperawatan :
  1. Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.
  2. Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara irigasi.
 -    Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi pada membran timpaninya atau tidak mengalami otitis media.
 -    Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-hu  tubuh.
  1. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan    (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
  2. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
5.      Instruksikan klien untuk menggunakan  teknik - teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

2.  Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi. 
     Hasil yang diharapkan: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komu-nikasi yang terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam menggunkan alternatif teknik komunikasi.
      Intervensi keperawatan :
  1. Demonstrasikan aktifitas yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap komunikasi verbal.
·         Atur posisi perawat langsung didepan klien.
·         Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien berada dalam pencahayaan yang cukup.
·         Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu  sebe-lum anda mulai bicara.
·         Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.
·         Gunakan nada suara yang normal.
·         Jangan berteriak.
·         Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-halangi  klien untuk melihat gerak bibir anda).
·         Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara luar.
·         Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-nya terhadap pernyataan perawat dengan cara: suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-kan kata-kata klien sendiri.
·         Gunakan indera atau media lain selama berkomunikasi, seperti:
    © Gerakan tangan.
    © Perubahan/mimik wajah.
    © Sentuhan.
    © Gambar-gambar.
    © Tulisan.
  1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari  fungsi pendengaran nya  untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
  2. Kaji kemampuan klien dalam membaca & menulis
  3. Beritahukan/kenalkan pada  klien semua alternatif metode komunikasi (seperti bahasa isyarat & membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk masing-masing klien.
  4. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
  5. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang  dapat membantu klien.

3.  Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
     Kriteria hasil:
     Klien akan:
-          Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
-          Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.
       Intervensi keperawatan :
  1. Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan & catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
© Tulisan.
© Berbicara.
© Bahasa isyarat.
  1. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan & dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
-    Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
-    Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b.  Jika klien dapat membaca ucapan:
-          Lihat langsung pada klien & bicaralah lambat & jelas.
-          Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda.
c.  Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
-          Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
-          Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.  Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penterjemah.  Jadi seolah - olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dengan mengabaikan keberadaan penterjemah.   
  1. Gunakan faktor - faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
 ©  Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 © Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi  pembicaraan.
©      Gunakan rabaan & isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari “ya” atau “tidak”

C. Intervensi

Penatalaksanaan tanpa Pembedahan.  Terapi antibiotik ditujukan untuk mencegah penyebaran infeksi dari otitis media atau mastoiditis, namun juga ada batas penggunaan untuk pengobatan mastoiditis karena adanya kesulitan untuk menerima efek antibiotik sampai kedalam struktur tulang mastoid yang menonjol.  Dari pemeriksaan biakan dapat ditentukan kesensitifan organisme yang menginfeksi terhadap antibiotik tertentu.  Bahan untuk biakan diperoleh dari cairan telinga atau dari tindakan myringotomy.

a.         Penatalaksanaan Pembedahan

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari.  Mastoidektomy radikal / total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memulihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran.  Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. 
      Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktur / bagian lain diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah samping / lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah - olah ke samping (syaraf kranial VII).  Komplikasi - komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.
  TYMPOLASTY
Ahli bedah berusaha memulihkan kembali telinga tengah untuk memperbaiki pendengaran yang hilang.  Prosedur pembedahan yang ada bervariasi, mulai dari cara pemulihan yang sederhana pada membran timpani atau dikenal dengan istilah myringoplasty sampai penggantian ossicles di dalam telinga tengah.  Tipe I tympanoplasty digunakan pada myringoplasty.  Tindakan tympanoplasty yang bermutu tinggi digunakan untuk kerusakan yang lebih besar serta disiapkan untuk pemulihan yang lebih ekstensif / lebih luas.

b.   Perawatan Pre-Operasi

Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.  Antibiotik tetes diberikan sebelum pembedahan untuk membunuh organisme yang menginfeksi, cairan yang terdiri dari cuka dan air steril dengan perbandingan yang sama diberikan untuk mengirigasi telinga, yang bertujuan untuk mengembalikan ke pH normal. 
Hal-hal yang harus dilakukan klien agar tidak terjadi infeksi pre-operasi seperti :
-          menghindari orang - orang yang terinfeksi saluran pernafasan atas.
-          beristirahat yang cukup.
-          mengkonsumsi diet yang seimbang.
-          mempertahankan intake cairan yang adekuat.

Perawat meyakinkan klien bahwa prosedur yang dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki pendengaran, meskipun pada awalnya pendengarannya akan berkurang karena adanya balutan di kanal.  Perawat menerangkan pentingnya bernafas dalam setelah operasi.  Mengenai cara batuk yang benar juga perlu diterangkan dan hindari batuk yang kuat, karena dapat meningkatkan tekanan di telinga tengah.

c. Prosedur Operatif 

Pada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba eusthacia bebas dari infeksi.  Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan graft / pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana mestinya.  Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit.  Anestesi lokal dapat digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien agar tidak cepat sadar.
      Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-bahan seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft dan jaringan vena.  Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil untuk memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut.  Ahli bedah menjangkau ossicles dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:
  1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).
  2. Insisi Endaural (Endaural Incision).
  3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via Mastoidectomy).
Ahli bedah kemudian membuang  jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga tengah.  Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika perlu.  Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat (cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk memperbaiki atau mengganti ossicles.

d. Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nugauze), dibalut didalam kanal auditori.  Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi.  Dressing dijaga / dipertahankan kebersihan dan kekeringannya.  Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing.  Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi.  Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan.
      Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan.  Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu.  Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi dan pembatasan aktifitas.










DAFTAR PUSTAKA


1.      Carpenito, Lynda Juall.  2001.  Buku Saku Diagnosis Keperawatan.  EGC.  Jakarta.
2.      Donna.  1995.  Medical Surgical Nursing; 2nd Edition.  WB Saunders.
3.      Iskandar, H. Nurbaiti,dkk  1997.  Buku Ajar Ilmu Penyakit THT.  Balai Penerbit FKUI.  Jakarta.
4.      Mukmin, Sri; Herawati, Sri.  1999.  Teknik Pemeriksaan THT.  Laboratorium Ilmu Penyakit THT, FK UNAIR.  Surabaya.






ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS MASTOIDITIS

I.                   BIODATA
A.    IDENTITAS KLIEN / PASEIN :
1. Nama                            : Tn. S                                      jenis kelamin : Laki - laki
                  2. Umur                            : 32 tahun
                  3. Suku/Bangsa                : Banjar / Indonesia
                  4. Agama                          : Islam
                  5. Status martal                : Kawin
                  6. Alamat                         : Komp. Bulau indah  Barabai
                  7. Diagnosa Medik           : Mastoidiis
                   8. Kiriman dari                : Datang sendiri
B.     PENANGGUNG JAWAB KLIEN :
1. Nama lengkap              : Ny.  R
2. Hubungan dgn klien    : Isteri
3. Umur                            : 28 tahun
4. Pendidikan                   : SLTA
5. Pekerjaan                      : Tani
6. Alamat                         : Komp. Bulau indah Barabai
C.    Tanggal masuk RS                : 6 - april  - 2003                     
D.    Nomor register                      : 3404 - 03
E.     Tanggal pengkajian             : 6 –  april – 2003       

II.               ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
A.    Alasan di rawat :
Pendengaran menurun / tidak mendengar sejak 2 bulan, telinga kanan sering di bersihkan dengan peniti dan akhirnya terjadi infeksi
B.     Keluhan utama :
Otore kanan sejak 2 bulan, kumat – kumatan 6 minggu ini telinga kanan sering basah.
1.      Provocative / palliative :
Otore kanan sejak 2 bulan, kumat – kumatan 1 bulan ini telinga kanan sering basah. faktor yang memperberat adalah bila batuk pilek. Usaha yang di lakukan untuk mengatasinya adalah bila kambuh berobat k R.S.U H. Damanhuri Barabai
2.      Quality / Quantity :
Klien merasakan pentakit yang dideritanya cukup berat. Klien terlihat gelisah akan keadaanya.
3.      Regional :
Klien merasakan tidak dapat mendengar pada telinga bagian tengah kanan.
4.      Severity scale :
Klien merasa penyakit yang di deritanya cukup berat, scala keparahan ( 2 ) sedang :
0        =  tidak
1        =  nyeri ringan
2        =  nyeri sedang
3        =  nyeri berat
4        =  nyeri sangat berat
5.      Timing :
Pendengaran menurun / tidak mendengar sejak 2 bulan. Dan 6 minggu ini penyakitnya tambah kambuh dan telinga kanan sering basah.

III.           RIWAYAT KESEHATAN
A.    Riwayat kesehatan sekarang :
Klien mengalami Pendengaran menurun / tidak mendengar sejak 2 bulan. Dan 6 minggu ini penyakitnya tambah kambuh dan telinga kanan sering basah dan oleh keluarganya klien di bawa ke RS pada tanggal 6 april 2003.
B.     Riwayat kesehatan dahulu / sebelum sakit :
Klien pernah mengalami penyakit yang sama seperti sekarang ini klien tidak mengalami alergi terhadap makanan maupun obat – obatan.kilen perbah mnederita otitis media akut.
     C.    Riwayat penyakit Keluarga
      Dalam keluarga Klien tidak ada  yang menderita penyakit seperti yang dideritanya dan dalam keluarga Klien tidak terdapat riwayat penyakit keturunan seperti Asma, Diabetis, atau penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dll.

IV.           AKTIVITYAS SEHARI – HARI
A.    Makan dan Minum :
1.      NUTRISI
v   Di rumah                 :
Makan 3 x sehari berupa nasi, ikan dan sayur. Klien tidak mempunyai makanan pantangan
v  Di rumah sakit           :
Nafus makannya baik, makanan berupa nasi ikan sayur dan buah – buahan.
2          MINUM
v   Di rumah      :
Klien minum sekitar 1 – 2 liter / hari berupa air putih dan the.
v  Di rumah sakit:
Klien minum normal seperti hari – hari biasa.
B.     Eliminasi :
1.      BAB :
v   Di rumah     :
   Klien BAB 1 – 2 x sehari konsistensi padat lunak warna kuning, berbau khas.
v   Di rumah sakit:
Klien teratur BAB nya.
      2.   BAK :
v   Di rumah      :
Klien BAK 4 - 5 kali  sehari, warna kuning, bau pesing.
v   Di rumah sakit:
Klien BAK tidak melalui kateter, warna kuning jernih, BAK nya normal ± 4 kali sehari.
            3.   KERINGAT  :
v   Di rumah      :
Klien berkeringat tergantun aktivitas yang di lakukannya.
v   Di rumah sakit:
Klien tidak banyak mengeluarkan keringat.


C.     ISTIRAHAT DAN TIDUR :
1.   ISTIRAHAT  :
v   Di rumah      :
Klien istirahat siang ± 2 – 3 jam dan malam 5 – 6 jam.
v   Di rumah sakit:
Klien istirahat ± 2 jam.
            2.    TIDUR  :
v   Di rumah      :
Klien tidur siang ± 1 - 2  jam dan malam ±  6 – 7  jam.
v   Di rumah sakit:
Klien tidur siang ± 1 jam dan malam ± 7 – 8 jam.
D.    AKTIVITAS
v   Di rumah      :
Klien bekerja sebagai petani, pergi ke sawah setiap hari
v   Di rumah sakit:
Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya di rumah sakit.
E.     KEBERSIHAN DIRI  :
v   Di rumah      :
Klien mandi 2 x  sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci rambut 1 – 2 x x seminggu, potong kuku 1 x seminggu.
v   Di rumah sakit:
Klien tidak pernah mandi hanya di seka – seka saja oleh keluarganya.
F.      REKREASI  :
v   Di rumah      :
Klien menghibur dirinya dengan mendengarkan radio dan nonton televise.
v   Di rumah sakit:
Klien tidak dapat mendengarkan radio dan nonton TV
V.               PSIKOSOSIAL 
a.       Psikologis  :
Klien merasa penyakit yang di deritanya cukup berat. Klien cemas akan keadaanya. Adpatasi klien terhadapa lingkungan RS maik terlihat dari adanya keterbukaan pada saat berkomunikasi dengan perawat maupun dokter.
b.      Sosial         :
Hubungan Klien terhadap keluarga maupun tetangga baik, ini terlihat dari banyaknya keluarga dan tetangga yang datang menjenguk klien selama di rawat di RSU. H. Damanhuri Barabai. 
c.       Spiritual     :
Klien beragama islam selama di rumah sakit klien tidak dapat melekukan ibadah tetapi tetap berdoa dan berzikir, sedangkan kebiasaan klien di rumah klien rajin menjalankan ibadah dengan baik.
VI.           PEMERIKSAAN FISIK
A.    Keadaan umum :         composmentis             tanggal pemeriksaan    : 6 april 2003
Vital sign              :
-          TD                  : 130/80  mmHg
-          Suhu               : 38º C
-          Nadi               : 84 x/mnt
-          Respirasi         : 20 x/mnt
-          TB                  : 165 cm
-          BB                  : 60 kg
B.     Head to too
1.      Kepala
Bentuk simetris, rambut tidak rontok, kebersihan cukup ( tidak terdapat kutu maupun ketombe ), kadang – kadang merasa pusing saat bangun tidur maupun duduk.
2.      Mata ( penglihatan )
Struktur mata simetris, skelera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, posisi bola mata di tengah, kebersihan baik tidak terdapat kotoran mata. Fungsi penglihatan jelas, yaitu bisa membaca pelang nama.
3.      Hidung ( penciuman )
      Bentuk hidung simetris, tidak terdapat benda asing atau secret, tidak terdapat polip, tidak ada pandangan pada mukosa. Fungsi penciuman baik
4.      Telinga ( pendengaran )
      Bentuk telinga simetris, ada cairan di telinga, terdapat serumen. Fungsi pendengaran tidak baik, telinga bagian luar kotor karena sering basah, terdapat otore pada telinga kanan. Terdapat luka bekas operasi.
5.      Mulut dan gigi
Mukosa bibir baik, tidak ada pandangan pada mulut, kien tidak memakai gigi palsu, kebersihan pada mulut cukup baik.
6.      Leher
Pergerakkan anatomis, tidak ada pembesaran getah bening, kebersihan cukup tidak terdapat kotoran
7.      Thorak dan pernafasan.
      Bentuk dada simetris, gerakan dada normal, tidak ada nyeri tekan pada saat palpasi, RR 20 x / mnt dan tidak memakai O2.
9.   Abdomen 
       Bentuk abdomen simetris, kebersihan cukup tidak terdapat kotoran, tidak ada benjolan saat palpasi, peristaltic usus 5 x / mnt.
10.  Reproduksi ( alat kelamin )
Klien berjenis kelamin laki – laki tidak mengguanakan alat Bantu ( kateter ) kebersihan cukup ( tidak terdapat kotoran pada lipatan paha ).
11.  Ekstremitas
ekstremitas atas terpasang infuse RL 20 tetes / menit, struktus ekstremiats atas maupun bawah normal. Kebersihan cukup ( tidak terdapat kotoran pada lipatan tangan maupun kaki )
12.  Intagumen
Warna kulit sawo matang, kuku bagian tangan dan kaki bersih, turgor kulit baik ( kembali dalam 1 detik ketika di cubit ) kulit klian berkeringat dengan normal seperti hari – hari biasa.
VII.        PEMERIKSAAN PENUJANG
A.    laboratorium
tanggal 7 – april - 2003          
-          urea N = 6 mg/dl
-          kreatinin serum : 0,7 mg/dl
-          billirubin direk : 0,18 mg/dl
-          billirubin total : 0,73 mg/dl
-          SGOT : 20 U/L
-          SGPT  : 18 U/L
-          Leukesit : 11.000
-          Di temukan kuman streptococcus hemolyticus
B.     RADIOLOGI
      tanggal 7 – april - 2003          
      Foto Ro : mastoiditis bilateral tipe skelerotik

VIII.      PENGOBATAN
-          IVFD RL/D5 20 tts/mnt
-          Klimdamyein 3 x 300 mg.
-          Mefenamat acid 3 x 500 k/p
-          Rawat luka ( ganti verban )
-          Operasi myringoplasty.


IX.         ANALISA DATA
No.
Data Subjektif dan Data Objektif
Etiologi
msalah
1.






 2.





3.





 4.
DS  :
klien mengatakan nyeri pada telinga kanan
DO  :
-          Klien terlihat gelisah
-          Klien terlihat memegang telinga kanannya
DS   :
           Klien mengatakan terasa panas
DO  :
-          Klien terlihat gelisah
-          T = 38  C

DS  :  -
DO  :
-                Terdapat luka bekas operasi yang belum kering.
-                T  =  38 º C

DS   :
Klien selalu menanyakan tentang penyakitnya
DO  : 
Klien tampak gelisah dan khawatir dengan penyakitnya post operasi

Bedah mastoid






Proses infeksi





Mastoidektomi





Perawatan pasca operasi






Nyeri akut






Peningkatan suhu tubuh




Resiko penyebaran infeksi




Kurang pengetahuan tentang penyakitnya


X.           DAFTAR  MASALAH
No
Diagnosa keperawatan
Tanggal muncul
Tanggal teratasi
1.








2.






3.







4.
Nyeri akut berhubungan denagn bedah mastoid di tandai dengan :
DS  : 
klien mengatakan nyeri pada telinga kanan
DO  :
-          Klien terlihat gelisah
-          Klien terlihat memegang keduan telinganya
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan  proses infeksi ditandai dengan :
DS   :
Klien mengatakan terasa panas
DO  :
-          Klien terlihat gelisah
-          T = 38 C
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan mastoidektomi ditandai dengan :
DS   :  -
DO  :
-                Terdapat luka bekas operasi yang belum kering.
-                T  =  38 º C

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan perawatan pasca operatif di tandai dengan :
DS  :
Klien selalu menanyakan tentang penyakitnya
DO  : 
Klien tampak gelisah dan khawatir dengan penyakitnya post operasi.
8 April 2003








8 April 2003






8 April 2003








8 April 2003


















XI.         RENCANA KEPERAWATAN
No.
Hari /tanggal
Jam
Dx
Kep
Tujuan
Rencana
intervensi
Rasional
1.













2.














3.














4.
2.       

I


        
II


III





IV
Setelah dilakukan asuhan keper
awatan selama 3 hari rasa nyeri hilang / berkurang dengan  kriteria :
1.      klien tidak mengeluh nyeri
2.      klien terlihat tidak meringis
3.      skala nyeri 0



Setelah dilakukan asuhan keper
awatan selama 3 hari rasa nyeri hilang / berkurang dengan  kriteria :
1.      klien tidak merasa badanya panas
2.      klien tidak terlihat gelisah





seteleh dilakukan askep selama 3 hari klien tidak mengalami infeksi lagi dengan kriteria :
1.      teling klien tidak mengeluarkan cairan purulen  dari kanalis auditorius.
2.      di harapkan telinga tidak terkontaminasi oleh air.


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari klien bisa mengetahui tentang penyakitnya dengan kriteria :
1.      klein tidak menanyakan tentang penyakitnya
2.      klien tidak tidak gelisah dan khawatir lagi akan penyakitnya
3.      rasa cemas sudah hilang
1.      kaji tingkat nyeri yang di rasakan klien
2.      ajarkan tekhnik relakssasi
3.      atur posisi yang nyaman

4.      pemberian obat analgesic




1.      kaji Tanda – tanda vital
2.      kaji adanya tanda – tanda infeksi
3.      berikan kompres hangat
4.       kolaborasi pemberian obat antiperetik dan antibiotic





1.      ganti perban setiap hari
2.      amati terhadap dan lap[orkan tanda – tanda infeksi.

3.      cegah masuknya air ke   dalam teling selama 2 minggu
4.      kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic profilaktik yang di resepkan


1.      berikan pendidikan kesehatan tentang :
-          fungsi telinga
-          ciri – ciri telinga normal
-          pengobatan
-          hidup sehat
2.  cegah masuknya air ke   dalam teling selama 2 minggu

1.      mengetahui seberapa nyeri tang di rasakan sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat
2 dan 3. menambah suplai O2 ke daerah nyeri
4. dapat mengurangi rasa nyeri




1.      untuk menentukan tindakan lebih lanjut
2.      untuk mengetahui adanya infeksi
3.      untuk menurunkan demam
4.      untuk menurunkan demam dan mencegah infrksi lebih lanjut





1. agar luka bekas operasi cepat kering
2. untuk mengetahui adanya kemungkinan kegagalan proses penyembuhan
3. mempercepat penyembuhan luka

4. terapi medis dalam mengurangi infeksi





1.      memberi pengetahuan dasar bagaiman proteksi diri



2. penyembuhan luka


XII.          IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL/
JAM
DIAGNOSA
KEP
IMPLEMENTASI
EVALUASI






I



II


III





IV
1.      identifikasi frekuensi durasi,intensitas dan lokalisasi nyeri klien
2.      melatih klien tekhnik relaksasi seperti; nafas dalam dan tekhnik distraksi.
3.      atur posisi semi fowler
4.      beri analgetik ( antrain / dolsik 1 amp / 8 jam )




1.      kaji tanda – tanda vital terutama pengukuran suhu
2.      kaji adana\ya tanda – tanda infeksi seperti eritema, rubor, dolor, color, fungsiolasea
3.      memberikan kompres hangat sesering mungkin
4.      berikan obat antiperetik                   ( paracetamol ) 3 x 1 , 500 mg dan berikan antibiotik





1.      mengganti perban setiqap hari yaitu dengan merendam tempon ke dalam larutan antibiotic sebelum di pasang
2.      mengamati terhadap dan laporkan tanda – tanda infeksi seperti eritema, tumor, kalor, dolor, fungsio lasea, meningkatnya suhu dan keluarnya cairan purulen
3.      mencegah masuknya air ke dalam telinga selam 2 minggu dengan cara bola kapas di olesi bahan yang tak larut air misalnya : vaselin
4.      kolaborasu dengan dokter pemberian antibiotic profilaktik yang di resepkan seperti kliridamicin.


1.      memberikan pendidikan kesehatan tentang :
-          fungsi telinga
-          cirri – cirri telinga normal
-          pengobatan
-          hidup sehat


S   :
klien mengatakan nyeri pada telinga kanan
O  :
-          Klien terlihat gelisah
-          Klien terlihat memegang kedua telinganya
A  :  masalah belum teratasi
P   : 
 intervensi di lanjutkan (1,2,3,4


S   :
Klien mengatakan badanya  terasa panas
O  :
        Klien terlihat gelisah
A  :
       Masalah belum teratasi
P  :
       intervensi di lajnjutkan (1,2,3)






S  :    -
O  :
-          Terdapat luka bekas operasi yang belum kering.
-          T  =  38 º C
A  :    masalah belum teratasi
P   :
 intervensi di lanjutkan (1,3 dan 4 )











S :Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya
O  :  Klien tidak gelisah lagi dan mengerti tentang penyakitnya
A  :    masalah teratasi
P   :    intervensi di hentikan



XIII.           PERKEMBANGAN
No.
HARI/TANGGAL
/JAM
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1.


I


II
S   :
klien mengatakan nyeri pada telinga kanan
O  :
-          Klien terlihat gelisah
-          Klien terlihat memegang kedua telinganya
A  :  masalah belum teratasi
P   : 
 intervensi di lanjutkan oleh perawata lain

S  :    -
O  :
-          Terdapat luka bekas operasi yang belum kering.
-          T  =  38 º C
A  :    masalah belum teratasi
P   :
 intervensi di lanjutkan oleh perawata lain






Tidak ada komentar:

Posting Komentar