FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KEPADA
BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ILUNG
KECAMATAN BATANG ALAI UTARA KABUPATEN
HULU SUNGAI TENGAH
MANUSKRIP
OLEH
AHMAD ZULFADHLI
NPM.
10105 - 08156 A-S1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2012
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF KEPADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ILUNG KECAMATAN BATANG
ALAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Ahmad
Zulfadhli*, Wika
Rispudyani**, Hardiono***
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Program S1 Keperawatan
Email : aly-iloenx.blogspot.com
Abstrak
Di Indonesia ASI eksklusif sangat
rendah 15,3%, 42,32% di Kalimantan Selatan serta di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah 54,10% jauh dari harapan pemerintah 80% ASI
eksklusif terpenuhi.
Tujuan Mengidentifikasi jumlah ibu yang memberikan dan tidak memberikan ASI
eksklusif, menganalisis hubungan faktor ketersediaan ASI dan faktor pengetahuan
ibu dengan status pemberian ASI.
Metode Case Control yaitu melihat faktor resiko, case adalah ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan sampel
30 dan Control adalah ibu yang
memberikan ASI eksklusif dengan sampel 30, faktor resikonya adalah ketersedian
ASI dan Pengetahuan ibu.
Hasil
ada hubungan bermakna antara ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI
eksklusif (p = 0,01) dan
ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI
eksklusif (nilai p =
0,001). Berdasarkan uji statistik chi square didapat nilai
p value
< 0,05 artinya ada hubungan antara kedua faktor tersebut dengan
status pemberian ASI.
Kata
kunci: ASI eksklusif, ketersediaan ASI dan pengetahuan ibu.
1. Pendahuluan
Pembangunan
kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat terutama di
bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan kesehatan
tersebut adalah mengembangkan sumber daya menusia mulai dari sejak dini melalui
pemberian ASI eksklusif (Badriul, 2008).
Dalam terjemahan ayat 233 dalam surah
Al Baqarah adalah “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al Baqarah (2) : 233).
Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di
Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusu eksklusif
sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Masalah utama penyebab rendahnya
penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan
ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan
yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini
diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari
masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum
memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja seperti
ruang ASI (Riskesdas, 2010).
Pemberian
ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental
dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian
para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan
benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui,
dilaksanakan secara dini (Early intiation), posisi menyusui yang benar
baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi, dan diberikan secara
eksklusif (Roesli, 2005).
Rendahnya
persentase pemberian ASI kemungkinan karena banyaknya faktor yang menyebabkan
kegagalan pemberian ASI baik faktor internal
(pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penyakit ibu) maupun
faktor eksternal (promosi susu
formula bayi, penolong persalinan) yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI
selama 6 bulan (Ambarwati, 2007).
Pada
umumnya ibu di daerah pedesaan menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian
makanan pralaktal yaitu pemberian makanan dan minuman untuk menggantikan ASI
apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jenis
makanan tersebut antara lain air jernih dan madu dapat membahayakan kesehatan
bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk meransang produksi ASI
sedini mungkin melalui isapan bayi pada ibu menyusui. Masih banyak juga ibu-ibu
tidak memanfaatkan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama), karena
dianggap tidak baik untuk makanan bayi atau susu basi (Depkes RI, 2005).
Pemberian ASI eksklusif sangat
banyak manfaatnya bagi bayi dan ibu. Walaupun demikian masih banyak ibu tidak
berhasil bahkan tidak memberikan ASI eksklusif. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidak berhasilan pemberian ASI eksklusif terdiri dari faktor
internal seperti ketersediaan ASI, pekerjaan, pengetahuan, kelainan payudara,
kondisi kesehatan ibu dan faktor eksternal antara lain adalah status ekonomi,
petugas kesehatan, kondisi kesehatan bayi, pengganti ASI, dan persepsi yang keliru tentang pentingnya ASI
eksklusif (Roesli, 2005).
Menurut data Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 pencapaian ASI Eksklusif umur 0-6 bulan
rata-rata sebesar 42,32% sangat jauh dari harapan yang ditargetkan 80% dan di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah pencapaian ASI Eksklusif pada tahun 2011 sebanyak
1439 orang (54,10%) dari jumlah ibu menyusui sebanyak 2660 dari target 80%
(Dinkes Kalsel, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 09 Juni 2012 kepada 10 ibu
yang mempunyai bayi 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan
Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ditemukan hanya 5 (50%) ibu
menerapkan ASI eksklusif sedangkan 5 ibu
(50%) dengan alasan ASI tidak keluar
sebanyak 3 ibu (30%), pengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI
sebanyak 2 ibu (20%).
2. Metode
Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan tujuan penelitian
untuk menganalisa hubungan faktor-faktor (ketersediaan ASI dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif )
dengan status pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai
Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah rancangan case control.
Pada penelitian ini peneliti menentukan sampel setelah
mengadakan studi pendahuluan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang
diantaranya Case (tidak
memberikan ASI eksklusif) berjumlah 30 orang
sedangkan Control (memberikan ASI eksklusif)
berjumlah 30
orang. Teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (non
random)
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini berupa data kuantitatif. Jenis data yang dikumpulkan meliputi
data primer dan sekunder . Penelitian
ini mengambil di tempat di Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan dan
waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni
2012.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan metode kuesioner
dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Kuesioner digunakan telah dilakukan uji validitas dan
reliablitas pada 10
orang responden yang sedang meminum minuman energi di malam
hari di Kecamatan Hulu Sungai Utara.
Data
diolah dengan membuat kategori pada setiap data variabel independen, yaitu
meliputi data ketersediaan ASI dan pengetahuan ibu.
Demikian juga dengan data veriabel dependen. Setelah
semua data pada masing-masing variabel selesai
dikategorikan, selanjutnya data
dimasukkan ke dalam komputer kemudian diproses dengan uji Chi square dengan hipotesis berdasarkan taraf signifikasi 5% (p=0,05). Apabila hasil Chi
square dengan nilai p ≥ α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika
nilai p ≤ α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Etika penelitian yang perlu
diperhatikan menurut Hidayat (2009) yaitu Informed Consent (Lembar Persetujuan), Anonimity
(Tanpa Nama), dan Confidentiality (Kerahasiaan)
3.
Hasil Penelitian
Tabel
4.1 Umur Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara
No
|
Umur
|
Jumlah (orang)
|
Persentase
|
1
|
<20 o:p="o:p" tahun="tahun">20>
|
6
10
2
20 – 30 tahun
35
58,3
3
>30 tahun
19
31,7
Total
60
100
Berdasarkan
tabel 4.1 diketahui umur terbanyak adalah 20 – 30 tahun dengan jumlah 35 orang
(58,3%) dan umur terkecil < 20 tahun sebanyak 6 orang (10%).
Tabel
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara
No
|
Status Pemberian
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Tidak ASI Eksklusif
|
30
|
50
|
2
|
ASI Eksklusif
|
30
|
50
|
Total
|
60
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa status pemberian ASI eksklusif 1 : 1
atau 50 : 50 artinya seimbang 30 orang (50%) yang tidak ASI eksklusif dan 30
orang (50%) yang ASI eksklusif.
Tabel 4.3 Distribusi Responden
Berdasarkan Ketersediaan ASI yang melakukan dan tidak melakukan pemberian ASI
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara
Ketersediaan ASI
|
Status pemberian ASI
|
Total
|
||||
Melakukan
|
Tidak Melakukan
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
N
|
%
|
|
Cukup
|
21
|
70
|
11
|
36,7
|
32
|
53,3
|
Kurang
|
9
|
30
|
19
|
63,3
|
28
|
46,7
|
Total
|
30
|
100
|
30
|
100
|
60
|
100
|
Berdasarkan tabel
4.3 diatas dapat diketahui bahwa yang melakukan serta ketersediaan ASI cukup 21
orang (70%) dan yang kurang 9 orang (30%) serta yang tidak melakukan dengan
ketersediaan ASI cukup 11 orang (36,7%) dan yang kurang 19 orang (63,3%).
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif yang
melakukan dan tidak melakukan pemberian Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung
Kecamatan Batang Alai Utara
Status Pemberian ASI
|
Pengetahuan Ibu
|
Total
|
||||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
n
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Melakukan
|
19
|
63,3
|
9
|
30
|
2
|
6,7
|
30
|
100
|
Tidak Melakukan
|
7
|
23,3
|
10
|
33,3
|
13
|
43,4
|
30
|
100
|
Total
|
26
|
43,3
|
19
|
31,7
|
15
|
25,0
|
60
|
100
|
Berdasarkan tabel
4.4 diatas dapat diketahui yang melakukan pemberian ASI dengan Pengetahuan Ibu
baik 19 orang (63,3%), cukup 9 orang (30%), dan kurang 2 orang (6,7%) serta
yang tidak melakukan pemberian ASI
dengan Pengetahuan Ibu baik 7 orang (23,3%), cukup 10 orang (33,3%), dan
kurang 13 orang (43,4%).
Tabel 4.5 Hubungan
antara faktor ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif DI Wilayah
Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara
Ketersediaan
ASI
|
Status
Pemberian ASI
|
Total
|
%
|
|||
Melakukan
|
%
|
Tidak
Melakukan
|
%
|
|||
Cukup
|
21
|
65,6
|
11
|
34,4
|
32
|
100
|
Kurang
|
9
|
32,1
|
19
|
67,9
|
28
|
100
|
Total
|
30
|
50
|
30
|
50
|
60
|
100
|
χ2 = 6,696 p = 0,01
|
Berdasarkan
tabel 4.5 diatas dari 60 responden yang memiliki ketersediaan cukup namun
status pemberian ASInya melakukan 21 orang (65,6%) dan yang tidak melakukan 11
orang (34,4%). Kemudian responden yang ketersediaan ASInya kurang namun
melakukan 9 orang (32,1%) dan yang tidak melakukan 19 orang (67,9%) dan dari
hasil analisis uji chi square diperolah
nilai p = 0,01 < alpha 0,05.
Berdasarkan keputusan dapat dikatakan ada hubungan bermakna antara faktor
ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4.6 Hubungan antara faktor
ketersediaan ASI dengan status
pemberian ASI eksklusif DI Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan
Batang Alai Utara
Pengetahuan
|
Status
Pemberian ASI
|
Total
|
%
|
|||
Melakukan
|
%
|
Tidak
Melakukan
|
%
|
|||
Baik
|
19
|
73,1
|
7
|
26,9
|
26
|
100
|
Cukup
|
9
|
47,4
|
10
|
52,6
|
19
|
100
|
Kurang
|
2
|
13,3
|
13
|
86,7
|
15
|
100
|
Total
|
30
|
50
|
30
|
50
|
60
|
100
|
χ2
= 13,658 p = 0,001
|
Berdasarkan
tabel 4.6 diatas dari 60 responden yang memiliki pengetahuan baik namun
melakukan pemberian ASI 19 orang (73,1%) dan yang tidak melakukan 7 orang
(26,9%) dan yang memiliki pengetahuan cukup namun melakukan pemberian ASI 9
orang (47,4%) yang tidak melakukan pemberian ASI 10 orang (52,6%) kemudian yang
memiliki pengetahuan kurang namun melakuakan pemberian ASI 2 orang (13,3%) dan
yang tidak melakukan 13 orang (86,7%) dari data diatas diketahui nilai p = 0,001 < alpha = 0,05 berarti ada
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status pemberian ASI.
4. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa dari 60 ibu di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang
Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah ketersediaan ASInya cukup dan melakukan
pemberian ASI (65,6%) sedangkan yang tidak melakukan (34,4%) dan ketersediaan
ASInya kurang (67,9%).
Hal ini menggambarkan bahwa ibu
yang memberikan ASI kepada bayinya kebanyakan ASInya cukup dan yang tidak
memberikan ASInya kurang, ada juga ibu yang ASInya cukup tetapi tidak
memberikan sebagian di karenakan pengetahuannya yang kurang tentang pentingnya
ASI untuk tumbuh kembang bayinya.
Untuk mengetahui banyaknya
produksi ASI beberapa kriteria sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI
cukup atau tidak dapat diketahui dengan ASI yang banyak dapat merembes keluar
melalui putting, sebelum disusukan payudara terasa tegang, jika ASI cukup
setelah bayi menyusu bayi akan
tertidur/tenang selama 3-4 jam, bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari, bayi
BAB 3-4 kali sehari, bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam, ibu
dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, ibu dapat
merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu, urin bayi
biasanya kuning pucat (soetjiningsih, 2002). dan dari hasil perhitungan dengan
menggunakan uji statistik chi square diperolah
nilai p = 0,01 < alpha 0,05
berarti Ho ditolak dapat dikatakan ada hubungan bermakna antara faktor
ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa dari 60 ibu di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang
Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah tentang pengetahuan ibu mengenai ASI
eksklusif didapatkan hasil ibu yang pengetahuannya baik dan melakukan pemberian
ASI (73,1%) sedangkan ibu yang pengetahuannya cukup (47,4%) dan yang kurang dan
tidak melakukan pemberian ASI (86,7%) dapat dilihat disini bahwa ibu yang
berpengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibanding
ibu yang berpengetahuan cukup maupun kurang serta tidak melakukan pemberian
ASI. Pengetahuan tentang ASI, ini dikarenakan ibu tidak mengetahui pentingnya
ASI, zat-zat yang terkandung didalam ASI dan juga ibu yang berpengetahuan cukup
dan kurang ini terpengaruh dengan gencarnya iklan produk susu formula sehingga
sebagian besar ibu ini tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Menurut teori Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan rasa. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Dalam hal ini
pengetahuan seseorang mempunyai tingkatan-tingkatan, sehingga semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan suatu
prosedur yang dikerjakannya sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan
seseorang maka akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan suatu prosedur
dan menyebutkan
juga bahwa, individu atau masyarakat
yang telah mencapai tingkat pengetahuan aplikasi akan mampu melaksanakan suatu
prosedur dengan baik. Tingkat pengetahuan aplikasi merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya.
Dapat dirasionalkan
bahwa responden dengan dengan pengetahuan yang baik mereka lebih cendrung dapat mengaplikasi,
menganalisis, dan mengevaluasi mana yang menurut mereka ASI eksklusif sangat baik untuk
tumbuh kembang bayinya. Mereka yang berpengetahuan yang cukup dan kurang sangat banyak berkemungkinan tidak melakukan pemberian
ASI eksklusif dikarenakan bisa dari ketersediaan ASInya yang kurang jadi ibu
tahu tentang baiknya pemberian ASI tersebut tetapi dari ketersediaan ASInya
kurang.
Berdasarkan
tabel diatas dari 60 responden yang memiliki pengetahuan baik namun melakukan
pemberian ASI 19 orang (73,1%) dan yang tidak melakukan 7 orang (26,9%) dan
yang memiliki pengetahuan cukup namun melakukan pemberian ASI 9 orang (47,4%)
yang tidak melakukan pemberian ASI 10 orang (52,6%) kemudian yang memiliki
pengetahuan kurang namun melakuakan pemberian ASI 2 orang (13,3%) dan yang
tidak melakukan 13 orang (86,7%) dari data diatas diketahui nilai p = 0,001 < alpha = 0,05 berarti ada
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status pemberian ASI di wilayah
kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
5. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, makadapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
§
Jumlah
responden yang memberikan ASI eksklusif
30 responden (50%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif 30 responden
(50%).
§
Sebagian
besar responden yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif
karena ketersediaan ASInya kurang 67,9%.
§
Sebagian
besar responden yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif karena pengetahuannya kurang tentang ASI
eksklusif 86,7%.
§
Ada
hubungan bermakna antara ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI.
§
Ada
hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI.
6. Saran
§ Bagi Masyarakat
Diharapkan sebagai
bahan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan ibu menyusui pada khususnya
tentang pentingnya ASI eksklusif yang merupakan salah satu bentuk keperdulian
dalam meningkatkan kesehatan anak dan bayi.
§
Bagi
petugas kesehatan (Puskesmas)
Untuk
menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kegiatan dalam program pemberian ASI
eksklusif.
§ Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lainnya
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
Daftar Rujukan
Departemen
Kesehatan RI, (2005). Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI
eksklusif: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2011). Laporan Hasil Tentang ASI Eksklusif 2011.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Elly.
(2007). Produksi ASI dan faktor yang
mempengaruhinya. (Internet). <http://creasoft.wordpress.com/2008/05/08/produksi-asi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/>
(Diakases 25 Maret 2012)
Hubertin,
S,P (2003). Konsep penerapan ASI
Eksklusif. Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: BukuKedokteran EGC.
Moody,
Jane, dkk. (2006). Menyusui Cara Mudah,
Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan.
Nursalam. (2008). Konsep
dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo,
S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prasetyono,
(2009). Buku Pintar ASI Eksklusif.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Perinasia. (2003) Manajemen
Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta. Perinasia.
Riskesdas.(2010)
Data Riset Kesehatan Dasar (Internet).
Tersedia dalam <http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf>(Diakases
25 Maret 2012)
Roesli,
U. (2005a), Mengenal ASI Eksklusif,
Jakarta: Tubulus Agriwidya.
Roesli,
U. (2005b), Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, makanan Pendamping Tepat
dan Imunisasi Lengkap, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Roesli,
U. (2009), Panduan Praktis Menyusui,
Jakarta: Pustaka Bunda
Sinsin.
(2012). Agar ASI lancar diawal masa menyusui
(Internet). Tersedia dalam <http://keluargasehat.com/
keluarga-ibu-isi-php?news.id=924> (Diakses 08 Januari 2012).
Siregar,
A. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan
Faktor–faktor yang
Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara
(Internet). Tersedia dalam: <
www.library.usu.co.id > (Diakses 25 Maret 2012)
Sulistyawati,
(2009). Buku ajar Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Soetjiningsih,
(2002), ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin, (2012). Buku Panduan Skripsi Program Studi S1.
Keperawatan. Banjarmasin: STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.
Wiknjosastro,
G. H. (2009). Fisiologi Janin.
Jakarta : PT Bina Pustaka.
*Ahmad
Zulfadhli. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
**Wika
Rispudyani R, S.Kep.Ns. Kariawan
Rumah Sakit Umum Daerah
Ulin Banjarmasin.
***Hardiono, S.KM., M.Kes.
Dosen Poltikes Banjarbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar