Rabu, 12 September 2012

Manuskrip aly.iloenx




FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN  STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KEPADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ILUNG
KECAMATAN BATANG ALAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH





MANUSKRIP







OLEH
AHMAD ZULFADHLI
NPM. 10105 - 08156 A-S1





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2012












FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN  STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KEPADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ILUNG KECAMATAN BATANG ALAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Ahmad Zulfadhli*, Wika Rispudyani**, Hardiono***

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Program S1 Keperawatan


Abstrak


Di Indonesia ASI eksklusif sangat rendah 15,3%, 42,32% di Kalimantan Selatan serta di Kabupaten Hulu Sungai Tengah 54,10% jauh dari harapan pemerintah 80% ASI eksklusif terpenuhi.
Tujuan Mengidentifikasi jumlah ibu yang memberikan dan tidak memberikan ASI eksklusif, menganalisis hubungan faktor ketersediaan ASI dan faktor pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI.
Metode Case Control yaitu melihat faktor resiko, case adalah ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan sampel 30 dan Control adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan sampel 30, faktor resikonya adalah ketersedian ASI dan Pengetahuan ibu.
Hasil ada hubungan bermakna antara ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif (p = 0,01) dan ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,001). Berdasarkan uji statistik chi square didapat nilai p value < 0,05 artinya ada hubungan antara kedua faktor tersebut dengan status pemberian ASI.

Kata kunci: ASI eksklusif, ketersediaan ASI dan pengetahuan ibu.
 

1.   Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat terutama di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan kesehatan tersebut adalah mengembangkan sumber daya menusia mulai dari sejak dini melalui pemberian ASI eksklusif (Badriul, 2008).

Dalam terjemahan ayat 233 dalam surah Al Baqarah adalah “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah (2) : 233).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Masalah utama penyebab rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja seperti ruang ASI (Riskesdas, 2010).

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, dilaksanakan secara dini (Early intiation), posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi, dan diberikan secara eksklusif (Roesli, 2005).

Rendahnya persentase pemberian ASI kemungkinan karena banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI baik faktor internal (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penyakit ibu) maupun faktor eksternal (promosi susu formula bayi, penolong persalinan) yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI selama 6 bulan (Ambarwati, 2007).

Pada umumnya ibu di daerah pedesaan menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan dan minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain air jernih dan madu dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk meransang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada ibu menyusui. Masih banyak juga ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama), karena dianggap tidak baik untuk makanan bayi atau susu basi (Depkes RI, 2005).

Pemberian ASI eksklusif sangat banyak manfaatnya bagi bayi dan ibu. Walaupun demikian masih banyak ibu tidak berhasil bahkan tidak memberikan ASI eksklusif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak berhasilan pemberian ASI eksklusif terdiri dari faktor internal seperti ketersediaan ASI, pekerjaan, pengetahuan, kelainan payudara, kondisi kesehatan ibu dan faktor eksternal antara lain adalah status ekonomi, petugas kesehatan, kondisi kesehatan bayi, pengganti ASI, dan  persepsi yang keliru tentang pentingnya ASI eksklusif (Roesli, 2005).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 pencapaian ASI Eksklusif umur 0-6 bulan rata-rata sebesar 42,32% sangat jauh dari harapan yang ditargetkan 80% dan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pencapaian ASI Eksklusif pada tahun 2011 sebanyak 1439 orang (54,10%) dari jumlah ibu menyusui sebanyak 2660 dari target 80% (Dinkes Kalsel, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 09 Juni 2012 kepada  10 ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ditemukan hanya 5 (50%) ibu menerapkan ASI eksklusif  sedangkan 5 ibu (50%)  dengan alasan ASI tidak keluar sebanyak 3 ibu (30%), pengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI sebanyak 2 ibu (20%).

2.    Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan faktor-faktor (ketersediaan ASI dan  pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif ) dengan status pemberian ASI eksklusif di wilayah  kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah rancangan case control.

Pada penelitian ini peneliti menentukan sampel setelah mengadakan studi pendahuluan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang diantaranya Case (tidak memberikan ASI eksklusif) berjumlah 30 orang sedangkan Control (memberikan ASI eksklusif) berjumlah 30 orang. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (non random)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder . Penelitian ini mengambil di tempat di Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012.

Teknik pengumpulan data yang digunakan metode kuesioner dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Kuesioner digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliablitas pada 10 orang responden yang sedang meminum minuman energi di malam hari di Kecamatan Hulu Sungai Utara.

Data diolah dengan membuat kategori pada setiap data variabel independen, yaitu meliputi data ketersediaan ASI dan pengetahuan ibu. Demikian juga dengan data veriabel dependen. Setelah semua data pada masing-masing variabel selesai dikategorikan, selanjutnya data dimasukkan ke dalam komputer kemudian diproses dengan uji Chi square dengan hipotesis berdasarkan taraf signifikasi 5% (p=0,05). Apabila hasil Chi square dengan nilai p ≥ α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilai p ≤ α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Etika penelitian yang perlu diperhatikan menurut Hidayat (2009) yaitu Informed Consent (Lembar Persetujuan), Anonimity (Tanpa Nama), dan Confidentiality (Kerahasiaan)

3.    Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Umur Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara

No
Umur
Jumlah (orang)
Persentase
1
<20 o:p="o:p" tahun="tahun">

6
10
2
20 – 30 tahun
35
58,3
3
>30 tahun
19
31,7
Total
60
100


Berdasarkan tabel 4.1 diketahui umur terbanyak adalah 20 – 30 tahun dengan jumlah 35 orang (58,3%) dan umur terkecil < 20 tahun sebanyak 6 orang (10%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara

No
Status Pemberian
Jumlah
Persentase
1
Tidak ASI Eksklusif
30
50
2
ASI Eksklusif
30
50
Total
60
100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa status pemberian ASI eksklusif 1 : 1 atau 50 : 50 artinya seimbang 30 orang (50%) yang tidak ASI eksklusif dan 30 orang (50%) yang ASI eksklusif.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan ASI yang melakukan dan tidak melakukan pemberian ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara

Ketersediaan ASI
Status pemberian ASI
Total
Melakukan
Tidak  Melakukan
n
%
n
%
N
%
Cukup
21
70
11
36,7
32
53,3
Kurang
9
30
19
63,3
28
46,7
Total
30
100
30
100
60
100








Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa yang melakukan serta ketersediaan ASI cukup 21 orang (70%) dan yang kurang 9 orang (30%) serta yang tidak melakukan dengan ketersediaan ASI cukup 11 orang (36,7%) dan yang kurang 19 orang (63,3%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif yang melakukan dan tidak melakukan pemberian Di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara
Status Pemberian ASI
Pengetahuan Ibu

Total

Baik
Cukup
Kurang
n
%
N
%
n
%
n
%
Melakukan
19
63,3
9
30
2
6,7
30
100
Tidak Melakukan
7
23,3
10
33,3
13
43,4
30
100
Total
26
43,3
19
31,7
15
25,0
60
100










Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui yang melakukan pemberian ASI dengan Pengetahuan Ibu baik 19 orang (63,3%), cukup 9 orang (30%), dan kurang 2 orang (6,7%) serta yang tidak melakukan pemberian ASI  dengan Pengetahuan Ibu baik 7 orang (23,3%), cukup 10 orang (33,3%), dan kurang 13 orang (43,4%).

Tabel 4.5 Hubungan antara faktor ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif DI Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara



Ketersediaan
ASI

Status Pemberian ASI




Total



%
Melakukan
%
Tidak Melakukan
%
Cukup
21
65,6
11
34,4
32
100
Kurang
9
32,1
19
67,9
28
100
Total
30
50
30
50
60
100
χ2 = 6,696                                                                                           p = 0,01










Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 60 responden yang memiliki ketersediaan cukup namun status pemberian ASInya melakukan 21 orang (65,6%) dan yang tidak melakukan 11 orang (34,4%). Kemudian responden yang ketersediaan ASInya kurang namun melakukan 9 orang (32,1%) dan yang tidak melakukan 19 orang (67,9%) dan dari hasil analisis uji chi square diperolah nilai p = 0,01 < alpha 0,05. Berdasarkan keputusan dapat dikatakan ada hubungan bermakna antara faktor ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif.

Tabel 4.6 Hubungan antara faktor ketersediaan ASI dengan status   pemberian ASI eksklusif DI Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara



Pengetahuan

Status Pemberian ASI




Total



%
Melakukan
%
Tidak Melakukan
%
Baik
19
73,1
7
26,9
26
100
Cukup
9
47,4
10
52,6
19
100
Kurang
2
13,3
13
86,7
15
100
Total
30
50
30
50
60
100
χ2 = 13,658                                                                                         p = 0,001

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dari 60 responden yang memiliki pengetahuan baik namun melakukan pemberian ASI 19 orang (73,1%) dan yang tidak melakukan 7 orang (26,9%) dan yang memiliki pengetahuan cukup namun melakukan pemberian ASI 9 orang (47,4%) yang tidak melakukan pemberian ASI 10 orang (52,6%) kemudian yang memiliki pengetahuan kurang namun melakuakan pemberian ASI 2 orang (13,3%) dan yang tidak melakukan 13 orang (86,7%) dari data diatas diketahui nilai p = 0,001 < alpha = 0,05 berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status pemberian ASI.

4.   Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dari 60 ibu di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah ketersediaan ASInya cukup dan melakukan pemberian ASI (65,6%) sedangkan yang tidak melakukan (34,4%) dan ketersediaan ASInya kurang (67,9%).

Hal ini menggambarkan bahwa ibu yang memberikan ASI kepada bayinya kebanyakan ASInya cukup dan yang tidak memberikan ASInya kurang, ada juga ibu yang ASInya cukup tetapi tidak memberikan sebagian di karenakan pengetahuannya yang kurang tentang pentingnya ASI untuk tumbuh kembang bayinya.

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak dapat diketahui dengan ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting, sebelum disusukan payudara terasa tegang, jika ASI cukup setelah bayi menyusu bayi akan   tertidur/tenang selama 3-4 jam, bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari, bayi BAB 3-4 kali sehari, bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam, ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu, urin bayi biasanya kuning pucat (soetjiningsih, 2002). dan dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik chi square diperolah nilai p = 0,01 < alpha 0,05 berarti Ho ditolak dapat dikatakan ada hubungan bermakna antara faktor ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dari 60 ibu di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah tentang pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif didapatkan hasil ibu yang pengetahuannya baik dan melakukan pemberian ASI (73,1%) sedangkan ibu yang pengetahuannya cukup (47,4%) dan yang kurang dan tidak melakukan pemberian ASI (86,7%) dapat dilihat disini bahwa ibu yang berpengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibanding ibu yang berpengetahuan cukup maupun kurang serta tidak melakukan pemberian ASI. Pengetahuan tentang ASI, ini dikarenakan ibu tidak mengetahui pentingnya ASI, zat-zat yang terkandung didalam ASI dan juga ibu yang berpengetahuan cukup dan kurang ini terpengaruh dengan gencarnya iklan produk susu formula sehingga sebagian besar ibu ini tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Menurut teori Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dalam hal ini pengetahuan seseorang mempunyai tingkatan-tingkatan, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan suatu prosedur yang dikerjakannya sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan suatu prosedur dan menyebutkan juga bahwa, individu atau masyarakat yang telah mencapai tingkat pengetahuan aplikasi akan mampu melaksanakan suatu prosedur dengan baik. Tingkat pengetahuan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Dapat dirasionalkan bahwa responden dengan dengan pengetahuan yang baik mereka lebih cendrung dapat mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi mana yang menurut mereka ASI eksklusif sangat baik untuk tumbuh kembang bayinya. Mereka yang berpengetahuan yang cukup dan kurang sangat banyak berkemungkinan tidak melakukan pemberian ASI eksklusif dikarenakan bisa dari ketersediaan ASInya yang kurang jadi ibu tahu tentang baiknya pemberian ASI tersebut tetapi dari ketersediaan ASInya kurang.

Berdasarkan tabel diatas dari 60 responden yang memiliki pengetahuan baik namun melakukan pemberian ASI 19 orang (73,1%) dan yang tidak melakukan 7 orang (26,9%) dan yang memiliki pengetahuan cukup namun melakukan pemberian ASI 9 orang (47,4%) yang tidak melakukan pemberian ASI 10 orang (52,6%) kemudian yang memiliki pengetahuan kurang namun melakuakan pemberian ASI 2 orang (13,3%) dan yang tidak melakukan 13 orang (86,7%) dari data diatas diketahui nilai p = 0,001 < alpha = 0,05 berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
5.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, makadapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
§  Jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif  30 responden (50%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif 30 responden (50%).
§  Sebagian besar responden yang tidak melakukan pemberian ASI  eksklusif  karena ketersediaan ASInya kurang 67,9%.
§  Sebagian besar responden yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif  karena pengetahuannya kurang tentang ASI eksklusif 86,7%.
§  Ada hubungan bermakna antara ketersediaan ASI dengan status pemberian ASI.
§  Ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI. 
6.   Saran
§  Bagi Masyarakat
Diharapkan sebagai bahan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan ibu menyusui pada khususnya tentang pentingnya ASI eksklusif yang merupakan salah satu bentuk keperdulian dalam meningkatkan kesehatan anak dan bayi.
§  Bagi petugas kesehatan (Puskesmas)
Untuk menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kegiatan dalam program pemberian ASI eksklusif.
§  Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

Daftar Rujukan

Ambarwati, (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Departemen Kesehatan RI, (2005).  Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI eksklusif: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2011). Laporan Hasil Tentang ASI Eksklusif 2011. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Elly. (2007). Produksi ASI dan faktor yang mempengaruhinya. (Internet). <http://creasoft.wordpress.com/2008/05/08/produksi-asi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/> (Diakases 25 Maret 2012)
Hubertin, S,P (2003). Konsep penerapan ASI Eksklusif. Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: BukuKedokteran EGC.
Moody, Jane, dkk. (2006). Menyusui Cara Mudah, Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prasetyono, (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Perinasia. (2003) Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta. Perinasia.
Riskesdas.(2010) Data Riset Kesehatan Dasar (Internet). Tersedia dalam <http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf>(Diakases 25 Maret 2012)
Roesli, U. (2005a), Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: Tubulus Agriwidya.
Roesli, U. (2005b),  Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Roesli, U. (2009), Panduan Praktis Menyusui, Jakarta: Pustaka Bunda
Sinsin. (2012). Agar ASI lancar diawal masa menyusui (Internet). Tersedia dalam <http://keluargasehat.com/ keluarga-ibu-isi-php?news.id=924> (Diakses 08 Januari 2012).
Siregar, A. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor–faktor yang          Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara (Internet). Tersedia dalam: < www.library.usu.co.id > (Diakses 25 Maret 2012)
Sulistyawati, (2009). Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Soetjiningsih, (2002),  ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin, (2012). Buku Panduan Skripsi Program Studi S1. Keperawatan. Banjarmasin: STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.

Wiknjosastro, G. H. (2009). Fisiologi Janin. Jakarta : PT Bina Pustaka.
 

*Ahmad Zulfadhli. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
**Wika Rispudyani R, S.Kep.Ns. Kariawan  Rumah Sakit  Umum  Daerah Ulin  Banjarmasin.
***Hardiono, S.KM., M.Kes. Dosen  Poltikes Banjarbaru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar