Sabtu, 07 April 2012

ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI

A.    Konsep Dasar
1.        Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain. (Carpenito, 1998 : 381).
Sedangkan perilaku menarik diri merupakan percoban untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan  dengan orang lain (Rawlins, 1993 : 336)
Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menarik diri merupakan perilaku menghindari interaksi, kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi dan kegagalan dengan orang lain karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam.


2.        Rentang Respon Sosial
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif  (Stuart & Sundeen, 1991 : 346), yaitu :

       
     Respon Adaptif                                                                 Respon Maladaptif
        Menyendiri                              Merasa sendiri                          Manipulasi
      Otonomi                                  Menarik diri                              Impulsif
  Bekerjasama                               Tergantung                               Narcissisme
 Saling tergantung

Gambar 1. Rentang respon sosial
             Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku  dimana individu masih dalam batasan yang adaptif  dalam menyelesaikan masalahnya. Respon adaptif meliputi perilaku menyendiri (solitude), yaitu respon adaptif yang dibutuhkan seseorang  untuk merenungkan apa yang telah dilakukan, otonomi (respon adaptif individu  untuk menentukan sikap sendiri berdasarkan tanggung jawab yang lahir dari dirinya),  Bekerjasama / mutualisme dengan orang lain yang menggunakan            prinsip saling menguntungkan, dan interdependent/hubungan saling ketergantungan dengan pihak yang satu dengan yang lain.
             Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang respon maladaptif  (Stuart & Sundeen, 1991), yaitu :
a.       Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain.
b.       Tergantung (dependen) ;  individu sangat tergantung dengan orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c.       Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain hanya sebagai objek.
Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.

3.        Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
a.     Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi  yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1).     Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2.    biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang lalu dan sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu penelitian.
3.    Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
b.    Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1).     Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2).     Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan cemas yang mengambang, merasa terancam.

4.        Tanda dan Gejala
Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien atau perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan kata-kata singkat dengan kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.
     
Karakteristik Perilaku
Perilaku yang muncul dan dapat diamati pada individu dengan perilaku menarik diri antara lain : gangguan pola makan;  tidak nafsu makan atau berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur dalam waktu lama, banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan,  kegiatan menurun, imobilisasi, mondar-mandir/sikap mematung, melakukan gerakan secara berulang, keinginan seksual menurun.

5.        Penatalaksanaan
                        Bila sudah terbina hubungan saling percaya dan terjadinya kontak mata untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap hal-hal yang praktis, misalnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien, kebutuhan berinteraksi, baik di rumah maupun di luar rumah secara bertahap didukung dengan pengobatan.
                        Adapun penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada klien dengan             perilaku menarik diri, meliputi :
a.       Psikofarmaka
b.      ECT (Electro Confulsive Teraphy)
Sangat bermanfaat untuk pasien dengan keadaan depresi. Efek dari konvulsator       yang        mengandung   gelombang   sinusoid yang berguna menimbulkan  aktifitas listrik otak yang mempengaruhi susunan biokimiawi otak.
c.       Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi ( kembali memfungsikan ) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat dan mandiri untuk melaksanakan kebutuhannya. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasional, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya memperbaiki perilaku klien dengan menarik diri.

B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa  Klien Dengan Menarik Diri
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

1.      Pengkajian
Patricia A Potter l (1993) mengatakan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data, yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder, seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :



a.        Identitas klien
1).  Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang : nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2).  Usia
3).  Nomor rekam medik
4).  Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b.       Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c.        Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang lain, apakah  ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d.       Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e.        Aspek psikososial
1).   Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2).   Konsep diri, meliputi :
       Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan singkat, meliputi :
a).      Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.               
b).     Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,   kepuasan   klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki-laki.
c).      Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.        
 d). Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status, tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat).        
 e). Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3).   Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a).      Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b).     Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat.
c).      Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien terlibat dalam kelompok di masyarakat.
4).   Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan jiwa  sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
f.        Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1).      Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2).    Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3).     Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan, agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau kompulsif.
4).      Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5).      Afek; datar, tumpul,  labil, tidak sesuai.
6).      Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7).      Persepsi;  menentukan  adanya halusinasi dan jenisnya.
8).      Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali).
9).      Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis dan waham.
10). Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan orang.
11). Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung;  perhatian klien yang mudah dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13). Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan kemampuan penilaian bermakna.
14). Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita, menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
g.      Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di dalam dan di luar rumah
h.      Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan sosial).
i.        Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

2.      Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respon klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Sundeen, 1995).
 Diagnosa keperawatan adalah penilaian klienis tentang respon individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggungjawab perawat (Keliat, 1998).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan menarik diri, yaitu :
a.        Resiko terjadinya perubahan sensori persepsi ; halusinasi lihat berhubungan dengan menarik diri.
b.       Isolasi sosial ; menarik diri berhubunagan  dengan Harga Diri Rendah.
c.        Resiko perilaku kekerasan (amuk) berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
d.       Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
e.        Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat klien.












POHON  MASALAH
Ketidaktahuan keluarga merawat klien

 
 









                                   
Pohon masalah kerusakan interaksi sosial; menarik diri
(Proses Keperawatan Jiwa, Budi Anna Keliat, dkk. 1999)

3.      Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu :
a.      Tujuan Umum.
Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tugas khusus dapat dicapai.

b.      Tujuan Khusus.
Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3 aspek (Stuart & Sundeen, 1995), yaitu : kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuannya menyelesaikan masalah. Untuk tujuan khusus pada klien dengan masalah utama menarik diri yaitu :
1)     Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2)     Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3)     Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4)     Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
5)     Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
6)     Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

c.      Rencana Tindakan Keperawatan.
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan keperawatan mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya.

4.      Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan jiwa berbeda dengan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit fisik di rumah sakit umum. Dalam perawatan kesehatan jiwa, perawat melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah yang muncul.
Diagnosa keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial ; menarik diri;
a.        Menerapkan komunikasi yang baik, melalui tahap :
1).     Membina hubungan saling percaya, melalui :
a)    Membuat kontrak dengan pasien: memperkenalkan nama perawat, tujuan dan waktu interaksi
b)    Ajak pasien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan pasien untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.
c)    Jelaskan kepada pasien bahwa informasi tentang pribadi pasien tidak akan diberitahu kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
2).     Berkomunikasi  dengan pasien secara jelas dan terbuka, dengan cara :
a)      Bicarakan dengan pasien tentang suatu hal yang nyata dengan istilah sederhana dengan topik pembicaraan yang disukai klien.
b)     Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang sesuai dengan singkat, jelas dan teratur.
c)      Bersama pasien menilai manfaat pembicaraannya dengan perawat.
d)     Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada pasien  untuk mengungkapkan perasaannya.
3).     Kenal dan dukung kelebihan pasien, melalui :
a)      Tanyakan pada klien dan keluarga cara penyelesaian masalah (koping) yang biasa digunakan untuk pasien.
b)     Bahas bersama pasien tentang koping yang konstruktif.
c)      Dukung koping pasien yang konstruktif.
d)     Anjurkan kepada pasien menggunakan koping yang konstruktif.
4).     Bantu pasien mengurangi ansietasnya ketika berhubungan interpersonal.
a)      Batasi jumlah orang yang ingin berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
b)     Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
c)      Temani pasien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
d)     Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dimulai dari pasien dengan satu orang perawat atau “one by one”, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu pasien dan seterusnya.
b.       Libatkan pasien dalam aktivitas kelompok.
c.        Pendidikan kesehatan
1)       Jelaskan kepada pasien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar, berolahraga, bermain musik.
2)       Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan pasien menarik diri.
3)       Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan pasien.
4)       Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di lingkungan masyarakat.
d.       Pemenuhan kegiatan hidup sehari-hari, dengan :
1)         Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya secara mandiri.
2)         Bimbing pasien berpakaian rapi.
3)         Batasi kesempatan untuk tidur siang.
4)         Sediakan informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, radio, televisi.
            e     Menciptakan lingkungan yang terapeutik, meliputi :
1)           Fisik
                                                 a).    Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien maupun orang lain dari ruangan pasien.
                                                b).    Usahakan agar pasien tidak berada di dalam ruangannya sendiri dalam jangka waktu lama.
                                                 c).    Beri rangsang sensori seperti  suara musik dan gambar hiasan yang ceria di ruangan pasien .
2)       Sosial                                                                                                                         a) Libatkan klien dalam interaksi dengan perawat lain secara bertahap.
b)    Fasilitasi klien untuk berperan serta dalam therafi kelompok, okupasi, rekriasi, serta therafi keluarga.
f     Memenuhi kebituhan biologik klien ; memonitor intake output, mempertahankan kebersihan diri klien, mempertahankan sikap empati dan kesabaran perawat untuk menggali kebutuhan klien.
g.   Menerapkan komunikasi verbal dan non verbal saat kontak dengan klien, melalui pemilihan topik pembicaraan yang menarik / di sukai klien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mempertahankan kontak mata, menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan.
h.  Menyertakan orang lain  di luar diri klien, dari perawat dengan klien hingga meningkatkan pada hubungan dengan klien lain, perawat lainnya dan kelompok.
i.   Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerta kebutuhan klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan proses pengobatan.
j.  Terminasi dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan rasa takut tidak dapat di pertahankannya hubungan yang sehat dengan orang lain.

5.   Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang berfungsi untuk menilai apakah tujaun dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan tindak lanjut, adapun hal yang di evaluasi pada klien dengan perilaku menarik diri adalah ;
a             Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
b             Harga diri klien meningkat.
c             Kilen dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d            Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e             Klien berinisiatif melakukan kom secara verbal.





f.        ien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mengkaji dengan bahasa tubuh klien, menggunakan pertanyaan terbuka, mempertahankan kontak mata, menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan .
g.       Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien atau “one to one” hingga meningkatkan pada hubungan dengan pasien lain, perawat lainnya dan kelompok.
h.       Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerti kebutuhan klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan proses pengobatan
i.         Terminasi, dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan, rasa takut tidak dapat dipertahankannya hubungan yang sehat dengan orang lain.

5.      Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan (Lismidar, 1990), yang berfungsi  untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan tindak lanjut  (follow up). Adapun hal yang perlu dievaluasi pada klien dengan perilaku menarik diri adalah :
a.      Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalahnya.
b.      Harga diri pasien meningkat.
c.      Pasien dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d.     Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e.      Pasien berinisiatif melakukan komunikasi secara verbal.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA DENGAN MENARIK DIRI


TGL
NO
DIAGN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
I N T E R V E N S I
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
1
2
3
4
5
6


Resiko perubahan sensorik persepsi (halusianasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap) berhubungan dengan menarik diri
TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya








1.1.  Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi















1.1.1.   Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
a.      Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal.
b.      Perkenalkan diri dengan sopan.
c.      Tanyakan lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.     Jelaskan tujuan pertemuan.
e.      Jujur dan menepati janji.
f.       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.



TUK 2 :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
2.1.Klien dapat  menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
-    Diri sendiri
-    Orang lain
-    Lingkungan
2.1.1.   Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.1.2.   Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
2.1.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.



TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3.1.Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.






















3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.



3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.


3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.3. Diskusi bersama klien kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian  tidak berhubungan dengan orang lain.



TUK 4 :
Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap

4.1.Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial  secara bertahap antara :
-    Klien & perawat.
-    Klien & perawat & klien.
-    Klien & perawat & keluarga.
-    Klien & perawat & kelompok.
4.1.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain, melalui tahap :
-        Klien & perawat.
-        Klien & perawat & pasien lain.
-        Klien & perawat & perawat lain & pasien lain.
-   Klien &  keluarga/kelompok/ masyarakat.
4.1.3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.1.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan harian.
4.1.7. Beri reinforcement positif atas  kegiatan klien di ruangan.



TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
5.1.Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
-       Diri sendiri
-       Orang lain
5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3. Beri reinforcement  positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.



TUK 6 :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain
6.1. Keluarga dapat :
-       Menjelaskan perasaannya.
-       Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.
-       Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.
-       Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
6.1.1. Bina        hubungan saling percaya dengan keluarga :
-       Salam, perkenalkan diri.
-       Sampaikan tujuan.
-       Buat kontrak.
-       Ekspresikan perasaan keluarga.
6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
-       Perilaku menarik diri.
-       Penyebab perilaku menarik diri.
-       Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
-       Cara keluarga klien menghadapi klien menarik diri.
6.1.3.Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.1.4. Anjurkan   anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu  kali seminggu.
6.1.5. Beri  reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar