Sabtu, 12 Mei 2012

Depkes RI 2005


KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN
TENTANG
PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI)
PEKERJA WANITA
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI


I. PENDAHULUAN


Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasar
semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah
dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat pekerja.
Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK
dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai
produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya
saing di era globalisasi.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai
100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanita
yang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak industri. Mereka
diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka
seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan
kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas
kerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita.
Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan,
melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak
janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian
Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas
SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi
yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik
fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat
terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan
menyusui secara dini dengan posisi yang benar ,teratur dan eksklusif. Oleh karena
itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja
dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam)
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua) tahun. Sehubungan
dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.
450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya
ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi.
Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi
dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan
penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI ole Bp. Presiden pada
tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah
menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada RS pemerintah dan
sekitar10 – 20% pada RS swasta.
Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother Friendly
Workplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya perhatian
dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.
Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat
terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi.
Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan
pemberdayaan pekerja wanita sendiri.


II. KEADAAN DAN MASALAH
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI
eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial
budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu
formula dan ibu bekerja.
Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam
pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI
eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita.
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health
Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller
International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8
perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel),
menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%,
sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan
berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%.
Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan
sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal
ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan
banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi :
13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979), 28% (Surabaya 1992),
47% (Columbia), 6% (New Delhi).
Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan
makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang
berhasilnya pemberian ASI eksklusif.


III. TUJUAN PENINGKATAN PEMBERIAN ASI OLEH PEKERJA WANITA
A. Tujuan umum
Terpeliharanya dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat pekerja
khu-susnya pekerja wanita dan bayinya.
B. Tujuan khusus
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat pekerja bahwa ASI mengandung
zat gizi yang paling sempurna baik jumlah dan kualitas serta mencukupi
kebutuhan gizi bayi.
2. Terlaksananya kegiatan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita.
3. Meningkatnya produktivitas kerja dan kepuasan kerja.
4. Berkurangnya kerugian perusahaan akibat cuti sakit, absen akibat anak
sakit dan biaya pengobatan/ pemeliharaan kesehatan ibu dan anak.


IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPKES TENTANG PENINGKATAN
PEMBERIAN ASI PEKERJA WANITA
A. KEBIJAKAN
§ Peningkatan Pemberian ASI dilaksanakan sebagai upaya peningkatan
kualitas SDM yang merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional,
khususnya dalam peningkatan kualitas hidup.
§ Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) dilaksanakan secara lintas sektor
dan terpadu dengan melibatkan Peran Serta Masyarakat khususnya
masyarakat pekerja.
§ PP-ASI menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan keluarga
untuk mendukung ibu hamil dan ibu menyusui dalam melaksanakan tugas
sesuai kodratnya.
§ Membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi sampai
dengan usia 6 bulan.
§ PP-ASI dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di setiap
tempat kerja.
B. STRATEGI
§ Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk
mening-katkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.
§ Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi
pemerintah yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam
program pemberian ASI di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas
kerja
§ Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di
tempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui
penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang merupakan
standar interna-sional.
§ Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui
di tempat kerja dengan :
- Menyediakan sarana ruang memerah ASI
- Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.
- Menyediakan materi penyuluhan ASI
- Memberikan penyuluhan.
§ Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi
pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak
pengusaha.


V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Mengembangkan KIE
Meningkatkan penyuluhan dan promosi dengan mengembangkan KIE yang
spesifik melalui metode dan media yang sesuai dengan sasaran, antara lain :
seminar/lokakarya, pelatihan, kampanye, siaran melalui media elektronik,
media cetak, dll.
2. Menggerakkan pengusaha
Advokasi dan sosialisasi kepada dunia usaha agar memberikan dukungan
kepada pekerja wanita yang menyusui bayinya dengan memberikan izin
untuk memerah susunya serta menyediakan ruang khusus untuk memeras
ASI yang dilengkapi dengan tempat penyimpanan ASI sementara (ASI dalam
lemari es dapat bertahan selama 2 x 24 jam, sedangkan diluar lemari es
bertahan sampai 6-8 jam).
3. Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan integrasi
Koordinasi dilakukan secara lintas sektoral melalui kegiatan dalam tim baik di
tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota
4. Mengembangkan dan membina Tempat Penitipan Anak (TPA).
5. Memantapkan Pemantauan dan Evaluasi
Diperlukan system pencatatan dan pelaporan secara berkala untuk menilai
keberhasilan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita baik dari segi
pelaksanaan maupun dampaknya pada peningkatan produktivitas kerja,
peningkatan status kesehatan dan gizi ibu maupun bayinya.


VI. KEUNTUNGAN & MANFAAT PEMBERIAN AIR SUSU IBU
A. Bagi Ibu
- Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengu-rangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).
- Memperpanjang kehamilan berikutnya.
- Menghemat waktu
B. Bagi bayi
- ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
- Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi
lainnya).
- Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status
mental dan intelektual).
C. Bagi keluarga
- Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya.
- Penghematan biaya.
D. Bagi masyarakat
- Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.
- Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu dll).
- Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.
- Berkontribusi dalam penghematan devisa negara.
E. Bagi perusahaan
- Menghemat biaya pengobatan.
- Meningkatkan produktivitas kerja.
- Meningkatkan citra perusahaan.


VII. RENCANA KEGIATAN DEPKES TAHUN 2005
1. Kampanye ASI melalui media elektronik.
2. Penyebaran materi KIE ASI ( leaflet, poster, booklet, buku).
3. Diseminasi informasi ASI eksklusif bagi pekerja wanita malalui kegiatan
pertemuan koordinasi pengelola Program Kesehatan Kerja daerah dan pusat.
4. Pembinaan secara berjenjang.


VIII. PENUTUP
Pekerja wanita dari beberapa segi berbeda dengan laki-laki, sehingga dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja wanita perlu memperhatikan
adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Suatu program pemberian ASI pada pekerja wanita mempunyai dampak positip
tidak hanya untuk pekerja tersebut tetapi juga untuk keluarganya, masyarakat dan
terutama untuk organisasi/perusahaan dimana wanita/ibu bekerja.
Untuk keberhasilan program ASI bagi pekerja wanita perlu adanya dukungan dari
semua pihak khususnya pihak manajemen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar