Jumat, 06 April 2012

TORAKS DAN PARU – PARU.

TORAKS DAN PARU – PARU.

       Mengetahui garis batas dada, sehingga mudah untuk palpasi dan perkusi dinding dada.
Garis batasa kunci atau garis imajinasi untuk identifikasi tanda adalah puting klien, sudut louis, takik suprasternal, sudut kostal, klavikula dan vertebrata.
Paru-paru dan toraks dikaji secara posterior, lateral, ( dari kedua sisi ), dan anterior.
Garis batas  dinding dada secara anatomis adalah. :                                                            1. Garis batas dada posterior garis scapula kiri , garis vertebra dan garis aksila anterior.
2. Garis batas dada lateral adalah garis aksila posterior, garis midaksilaris, dan garis aksila anterior.
3. Garis batas dada anterior adalah garis midsternal, garis midklavikula dan garis aksila anterior.


Riwayat Keperawatan untuk pengkajian paru adalah :
1. Kaji riwayat penggunaan tembakau.
2. Tanyakan apakah klien menderita batuk persisten ( produktif atau non produktif ), produksi sputum, nyeri dada, sesak napas, ortopnea, , dispnea ketika aktivitas.
3. Tanyakan apakah klien bekerja di lingkungan yang mengandung polutan ( asbes, batu bara, ), pajanan radiasi, atau pajanan asap rokok.
4. Tanyakan apakah klien memiliki riwayat batuk, hemaptoe, penurunan berat badan, keletihan, keringat malam, dan demam.
5. Apakah klien memilki riwayat serak kronik.
6. Kaji adanya allergi terhadap bulu binatang, atau iritasi terhadap udara, makanan, obat atau zat kimia.
7. Bahas adanya riwayat kanker, tuberkulosis, allergi, penyakit paru menahun dalam keluarga.

A. TORAKS POSTERIOR.
       Inspeksi bentuk dan kesimitrisan dada klien dari depan dan belakang,
Bentuk atau postur dapat mengubah gerakan ventilasi secara signifikan, normalnya kontur dada simetris dengan diameter anteroposterior 1/3    sampai ½  diameter tranversal atau dari samping ke samping.
       Penuaan dan penyakit kronik dicirikan  dengan dada berbentuk tong ( diameter anteroposterior sama dengan diameter tranversal ).
Bayi memiliki bentuk dada yang hampir bulat.
Kontur abnormal disebabkan oleh perubahan konginetal atau postural.
    Sambil berdiri di posisi garis tengah dibelakang klien, catat adanya deformitas, posisi spinal, landaian iga, retraksi ruang interkostal selama inspirasi, dan penonjolan ruang interkostal selama ekspirasi.
Skapula normalnya simetris dan terikat erat dengan dinding toraks.
Spinal normalnya lurus tanpa adanya deviasi lateral, secara posterior, iga cenderung melandai melintang atau ke bawah, normalnya tidak ditemukan adanya penonjolan atau gerakan aktif didalam ruang interkostal selama bernapas.
Adanya penonjolan mengindikasikan bahwa klien menggunakann upaya yang besar untuk bernapas.
Inspeksi toraks posterior untuk menentukan kecepatan dan irama pernapasan.
Seluruh toraks normalnya berekspansi dan rileks  secara teratur dengan gerakan yang seimbang, pada orang dewasa sehat frekuensi pernapasan normal bervariasi dari 12 sampai 20  pernapasan per menit.
      Otot dan rangka toraks di palpasi untuk menentukan adanya benjolan, massa, pulsasi, dan gerakan yang tidak wajar,.jika tedapat nyeri atau nyeri tekan, maka sebaiknya jangan dilakukan palpasi dalam.
      Untuk mengukur ekskursi dada atau kedalaman pernapasan, perawat berdiri dibelakang klien dan menempatkan ibu jari disepanjang prosesus spinalis pada iga ke sepuluh; dengan telapak tangan sedikit menyentuh permukaan posterolateral.
Ibu jari perawat haruis berjarak kira – kira 5 cm, mengarah ke spinal dan jari-jari lainnya mengarah kesamping.
Tangan menekan kearah spinal sehingga terbentuk lipatan kulit kecil diantara ibu jari. Perawat tidak menggeserkan tangannya diatas kulit, Instruksikan klien untuk menarik napas dalam setelah ekshalasi, catat gerakan ibu jari.
      Ekskursi dada harus simetrik, memisahkan ke dua ibu jari 3 sampai 5 cm, penurunan ekskursi dada dapat disebabkan oleh nyeri, deformityas postural, atau keletihan.
Pada lansia gerakan dada menurun karena kalsifikasi kartilago  kostal  dan atrofi otot –otot pernapasan.
       Ketika berbicara suara yang ditimbulkan oleh korda vocal ditransmisikan melalui paru ke dinding dada.
Gelombang suara menciptakan getaran yang dapat di palpasi secara eksternal, vibrasi ini disebut Fremitus vocal atau taktil.
      Akumulasi mucus, kolaps jaringan paru, adanya lesi paru dapat menghambat vibrasi tersebut mencapai dinding dada.
Untuk mempalpasi adanya fremitus vocal maka letakan ke dua telapak tangan bawah diatas ruang interkostal simetrik, di mulai pada apeks paru, minta klien untuk mengucapkan sembilan-sembilan atau satu - satu .
Normalnya terdapat  vibrasi redup pada saat klien berbicara, bandingkan ke dua sisi toraks, bergerak dari atas kebawah.
      Perkusi dinding dada di gunakan untuk mengetahui atau menentukan  apakah jaringan  paru di bawahnya terisi udara atau cairan atau padat.
Perkusi ruang interkostal di atas area simetris  dari paru, mulai dari posterior, bergerak ke lateral dan anterior, bandingkan perkusi disemua lobus paru.
     Resonansi adalah bunyi yang diciptakan oleh paru- paru yang berisi udara, normal terdengar pada toraks posterior.
Perkusi di atas scapula, iga atau spinal berbunyi pekak, massa pada paru menyebabkan bunyi datar.  
       Auskultasi mengkaji gerakan udara melewati pohon trakeobronkial dan mendeteksi mucus atau jalan napas yang terobstruksi.
Normalnya udara mengalir melawati jalan napas dfengan pola yang tidak terobstruksi .
Dengan mengetahui bunyi yang diciptakan oleh aliran udara abnormal diketahui bunyi-bunyi yang disebabkan oleh obstruksi.
Bunyi napas normal disebut bunyi bronkovesikuler atau vesikuler.
Sedangkan bunyi abnormal terjadi akibat udara melewati jalan napas yang lembab, bermokus, atau menyempit, akibat alveoli yang tiba-tiba berinflasi, atau akibat inflamasi diantara lapisan pleura paru.
Empat bunyi tambahan mencakup krekels ( sebelumnya disebut rales ), ronkhi, mengi dan gesekan pleura.
B. TORAKS LATERAL.
      Selama pemeriksaan dada lateral klien dalam posisi duduk.
Perluas pengkajian toraks posterior sampai ke sisi lateral, klien di minta untuk mengangkat lengan , yang memperbaiki akses ke struktur torak lateral.
Periksa dengan menggunakan metode IPPA, ekskursi tidak dapat dikaji pada bagian ini.

C. TORAKS ANTERIOR.
       Toraks anterior di inspeksi untuk gambaran yang sama dengan posterior.
Observasi otot-otot pernapasan aksesoris, sternokleidomastoideus, trapezius, dan oto-otot abdomen.
Otot aksesoris bergerak sedikit pada pernapasan normal, jika klien membutuhkan usaha untuk  bernapas , seperti akibat latihan berat atau penyakit ( PPOM ). Maka otott-otot aksesoris dan otot abdomen berkontraksi .
       Observasi lebar sudut kostal, biasanya lebih dari 90 derajat antara tepi dua iga.
Pernapasan pria biasanya diafragmatik, sedangkan perempuan lebih ke pernapasan kostal.
Palpasi otot dan rangka toraks anterior untuk adanya benjolan, massa, nyeri tekan, atau gerakan yang tidak wajar.
Fremitus taktik dikaji di atas dinding dada, temuam anterior berbeda dengan temuan posterior, karena adanya jantung, dan jaringan payudara pada wanita.
      Perkusi toraks anterior dilakukan dengan pola yang sisitematik, Adanya hati, jantung, dan lambung yang berada di bawahnya menciptakan perkusi yang secara khas berbeda dengan yang terdapat di paru- paru.
Paru normal menghasilkan bunyi resonan, sedangkan pada  jantung dan hati terdengar pekak, serta timpani gelombang udara pada lambung akan dapat terdeteksi.
Perhatian khusus harus diberikan pada lobus bawah, tempat biasnya sekresi mokus terkumpul.
Bunyi bronkhovesikuler dan vesikuler terdengar di atas dan dibawah klavikula sepanjang perifer paru.
     Bunyi napas normal tambahan, bunyi bronchial, dapat di dengar di atas trakea, suara Tersebut keras, ernada tinggi dan menggema, dengan ekspirasi berakhir lebih lama dari  pada inspirasi

Bunyi napas normal :
1. Vesikuler adalah bunyi vesikuler halus, lembut, dan bernada rendah. Fase inspirasi 3 kali lebih lama dari fase ekspirasi
   Lokasi :
Paling baik di dengar diperifer paru ( kecauli diatas scapula )

2. Bronkovesikuler adalah bunyi bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas sedang, fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
Lokasi : Paling baik di dengar secara posterior antara scapula dan anterior di atas bronkiolus di samping sternum pada rongga interkostal pertama dan ke dua.

3. Bronkial adalah bunyi bronchial terdengar keras dan bernada tinggi dengan kualitas bergema, Ekspirasi lebih lama dari pada inspirasi.
Lokasi : paling baik terdengar di atas trakea.


Bunyi Tambahan

1. Krekels ( rales )
Daerah yang di auskultasi  : paling umum terdengar dilobus dependen dasar paru kanan dan kiri.
Penyebab : Reinflasi sekelompok alveoli yang acak dan tiba-tiba, aliran udara yang kacau.

2. Ronki.
Daerah yang di auskultasi : terdengar di atas trakea dan bronkus, jika cukup keras dapat di dengar di sebagian besar bidang paru.
Penyebab : Spasme muskuler, cairan, atau mukos pada jalan napas yang besar, meneyebabkan turbulensi.

3. Mengi.
Daerah yang di auskultasi : dapat di dengar di seluruh bidang paru.
Penyebab : Aliran udara kecepatan tinggi melewati bronkus yang mengalami penyempitan

4. Gesekan Paru
Daerah yang di auskultasi : Terdengar di bidang paru lateral anterior ( jika klien duduk tegak ).
Penyebab: Pleura yang mengalami inflamasi, pleura sagiotalis yang bergesekan  dengan pleura viseralis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar