Sabtu, 07 April 2012

KEJANG DEMAM

LAPORAN PENDAHULUAN
“KEJANG DEMAM”

A.    PENGERTIAN
·         Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38o C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Consensus Statement on Febrile Seizure (1980))
·         Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.  Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang  berulang tanpa demam. ( Mansjoer, 2000 : 434 )
·         Kejang demam adalah kelainan neurogis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. ( Millichap, 1968).
·         Kejang ( konvulsi ) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol  dari sel saraf korteks cerebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran, aktivitas motorik dan gangguan fenomena sensori ( Doenges, 1993).

B.     ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti.  Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.  Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang – kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan demam. (Mansjoer, 2000).


C.    PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C  akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10 % - 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %.  Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat terjadinya lepas muatan listrik.  Lepas muatan listrik ini demikian  besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang.  Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 o C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung  lama (> 15 menit) biasanya disertai apne. Meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperapne, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

D.    MANIFESTASI KLINIK
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral.  Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri.  Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.  Kejang dapat diikuti hemiparisis sementara ( hemiparises Todd ) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.  Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparises yang menetap.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Darah
a.                                                         Glukosa Darah           : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
b.                                      BUN           : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c.    Elektrolit         :           K, Na
·         Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
·         Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
·         Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2.      Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
3.      Skull Ray              : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
4.      Tansiluminasi        : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
5.      EEG                      : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
6.      CT Scan                : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS
a.      Pemberantasan kejang secepat mungkin
Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
1.      Segera diberikan diazepam intravena  ®          dosis rata-rata  0,3 mg/kg
Atau
diazepam rectal                                                  dosis  £  10 kg : 5 mg
bila kejang tidak berhenti                                ≥  10 kg : 10 mg
tunggu 15 menit    —› dapat diulang dengan cara/dosis yang sama

            Kejang berhenti
                         
                                          
 
  Berikan dosis awal fenobarbital
   dosis : neonatus                 :    30 mg I.M
 1 bulan – 1 tahun              :    50 mg I.M
 >  1 tahun                          :    75 mg I.M
2.        Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.



b.      Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1.      Semua pakaian ketat dibuka
2.      Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3.      Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin  kebutuhan oksigen
4.      Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
c.       Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8 - 10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4 - 5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
d.      Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.

  TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
  1. Aktifitas / Istirahat
Gejala  :  Keletihan, kelemahan umum
Tanda  :  Perubahan tonus / kekuatan otot
  1. Sirkulasi
Gejala  :  Hipertensi, peningkatan nadi sianosis atau penurunan nadi dan pernafasan.
  1. Eliminasi
Gejala  :  Inkontinensia episodik.

Tanda  :  Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Atau otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine / fekal ).

  1. Makanan dan cairan

Gejala :  Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang

  1. Neurosensori
Gejala  :  Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.

  1. Nyeri / kenyaman
       Gejala  :  Sakit kepala, nyeri otot / punggung.
       Tanda  :  Sikap / tingkah laku yang berhati –hati, perubahan pada tonus otot, tingkah         laku distraksi / gelisah
  1. Pernafasan
Gejala  : sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan sekresi mucus atau apnea.

2.                  Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
  1. Hypertermia berhubungan dengan proses infeksi / penyakit.
Intervensi :
1)       Observasi tanda vital tiap 4 jam atau lebih.
2)      Kaji saat timbulnya demam.
3)      Anjurkan pada keluarga untuk memberikan masukan cairan 1,5 liter / 24 jam.
4)      Beri kompres dengan air biasa terutama bagian frontal dan axila.
5)      Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan obat antipiretik.

2.      Resiko terhadap bersihan jalan nafas / pol tidak efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat gangguan persyarafan otot.
Intervensi :
1).  Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang  tongue spatel.
2).  Singkirkan benda – benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan ( misal : gurita ).
3).  Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
4).  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 dan obat anti kejang.
3.        Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan gerakan tonk / klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang.
Intervensi :
1).  Jauhkan benda – benda yang ada disekitar klien.
2). Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak jatuh ke belakang, menyumbat jalan nafas.
3).  Observasi tanda – tanda vital setelah kejang.
4).  Kolaborasi dnegna dokter untuk pemberian obat anti kejang.
4.        Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik  berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan ( orang tua ) tentang kondisi, pengobatan, aktifitas, kejang selama perawatan.
Intervensi :
1.      Jelaskan pada keluarga tentang pencegahan, pengobatan dan aktifitas selama kejang.
2.      Jelaskan pada keluarga tentang faktor – faktor yang menjadi pencetus timbulnya kejang, misal : peningkatan suhu tubuh.
3.      Jelaskan pada keluarga, apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama walaupun diberikan obat, segera bawa klien ke rumah sakit terdekat.

4.                  Evaluasi : hasil yang diharapakan dari ASKEP klien dengan kejang demam adalah :
1.      mencegah / mengendalikan aktivitas kejang
2.      melindungi klien dari cedera
3.      mempertahankan jalan nafas
4.      pemahaman keluarga tentang pencegahan dan pengobatan selama kejang


DAFTAR PUSTAKA
*      Carpento, Linda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
*      Marilyn E Doengoes. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
*      Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.



ASUHAN KEPERAWATAN An. F

DENGAN DIAGNOSA KEJANG DEMAM
DI RUANG MUTIARA RSUD H. DAMANHURI BARABAI

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS ANAK                              
o   Nama                 : An. F                                    
o   Umur                  :  3 tahun
o   Jenis kelamin      : laki – laki
o   BB                     : 11 kg
o   TB                      : 90 cm
o   Agama               : Islam
o   Suku / bangsa     : Banjar/ Indonesia
o   Alamat               : Pajukungan
o   Tanggal MRS     : 31 Juli 2007 Jam 13. 05 WITA
o   No. Register       : 4230/07
o   Diagnosa medik : Kejang Demam

B.     IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
o   Nama                 : Tn. S                         
o   Umur                  :  35 tahun
o   Jenis kelamin      : laki – laki
o   Pendidikan         : SLTA
o   Pekerjaan           : Swasta
o   Agama               : Islam
o   Suku / bangsa     : Banjar/ Indonesia
o   Alamat               : Pajukungan
o   Hubungan dengan klien : Ayah

C.    RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1.      Keluhan Utama
Pada saat MRS              : kejang disertai demam
Saat pengkajian              : demam dan kadang – kadang kejang
2.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut ibu klien, sejak pagi tadi 31 Juli 2007 klien demam tinggi. Kemudian pada jam 12.50 WITA klien mengalami kejang, sehingga diputuskan oleh keluarganya langsung dibawa ke RS. Atas saran dokter klien harus dirawat di RS saja dan akhirnya jam 13.05 WITA klien masuk RS di ruang Mutiara
 3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan, sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini dan juga tak pernah di rawat di RS.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Di dalam keluarga klien ada yang mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi. Orang tua dari ibu klien yang laki – laki (kakek klien) mengalami penyakit hipertensi dan meniggal akibat penyakit tersebut.

Genogram :
hipertensi

                                                                                                    
                                                                      
                                                  
 

                                                               
 


                                                                                                                                     klien     
                                                                                                               
KET :
 

= laki - laki                                                                                                  = KLIEN



= Perempuan                                                                                             = SERUMAH




= Meninggal




D.    RIWAYAT ANAK
1.   Masa Pre-natal
Ibu klien mengatakan selama hamil selalu memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, mendapat imunisasi TT 2 kali dan tidak ada mengalami kelainan dalam kehamilan.

2.   Masa Intranatal
Proses persalinan klien secara di rumah dengan di tolong oleh bidan Puskesmas dengan masa kehamilan ± 9 bulan. Keadaan klien saat dilahirkan sehat dan tidak memiliki kelainan / cacat fisik.

3.   Masa Post-natal
Klien lahir dengan spontan, berat badan klien saat dilahirkan 2.900 garam. Keadaan saat klien lahir sehat dan langsung menangis.

E.     PENGETAHUAN ORANG TUA
1.   Tentang Makanan Sehat
Ibu klien mengatakan, saat klien berumur 0 sampai 4 bulan klien hanya diberikan ASI saja dan setelah klien berumur 4 sampai 24 bulan klien mulai diberikan makanan pendamping ASI  seperti bubur, biskuit yang dilumutkan dan susu instant   (bubuk), serta klien juga diberikan nasi lembek ditambah lauk dan sayur mayur. Saat ini klien suddah makan nasi biasa, lauk dan sayur mayor.
2.   Tentang Personal Hygiene
Pesonal higiene klien cukup baik secara umum badan klien tidak terdapat penyakit kulit maupun luka lecet, rambut klien hitam dan lurus, kuku klien cukup bersih dan pada mulut klien tidak ada peradangan ataupun gangguan fungsi menelan baik.
3.   Imunisasi
Orang tua klien mengatakan bahwa klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu
BCG                     : 1 kali                         Polio                : 4 kali
Hepatitis B            : 3 kali                         Campak           : 1 kali
DPT                      : 3 kali



F.     PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

         USIA

        PERTUMBUHAN

PERKEMBANGAN

3 Tahun
Berat badan klien saat pengkajian 11 kg dan tinggi badan 90 cm
Klien sudah bias melompat-lompat, meyebutkan nama benda dan penggunaan benda (gelas untuk minum, pirinmg untuk makan, dll) dan dapat juga menyebutkan nama teman – temannya.

G. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Penampilan klien cukup bersih dan tingkat kesadaran compos menthis :
BB sebelum pengkajian      : 11 kg , T        : 38,2 C
BB setelah pengkajian        : 11 kg ,  T       : 39,5 C
Nadi           : 110 x/mnt
2. Kebersihan Anak (secara umum)
Anak terlihat bersih, tidak terdapat kotoran pada badan klien.
3. Suara Anak Sewaktu Menangis
Sewaktu menangis ketika dilakukan injeksi suara klien terdengar cukup keras.
4. Keadaan Gizi Anak
Keadaan gizi anak baik karena klien terlihat di berat badannya Normal  9 - 12  kg.
5. Aktivitas
Klien kelihatan lemah, hanya berbaring beristirahat saja dan sesekali digendong oleh orang tuanya untuk dibawa jalan – jalan ke luar ruangan.
6.      Kepala dan Leher
Terlihat cukup bersih, ubun-ubun normal, tidak terlihat pusing, bentuk kepala simetris,  klien beristirahat dengan tenang. Klien dapat menggerakkan kepala kiri dan kanan dan pertumbuhan rambut normal, serta tidak ada pembengkakan kelenjar limfa dan tiroid.
7.      Mata (Penglihatan)
Kebersihan cukup bersih, konjungtiva tidak terlihat anemis, skelera tidak ikterik, tidak mengalami strabismus, tidak terdapat peradangan maupun perdarahan.
8.      Telinga (Pendengaran)
Kebersihan cukup bersih, fungsi pendengaran klien baik, tidak ada peradangan maupun cairan yang keluar dari telinga.
9.      Hidung (Penciuman)
Kebersihan cukup bersih, tidak ada polip maupun kelainan
10.  Mulut (Pengecap)
Kebersihan cukup bersih, fungsi pengecapan baik, mukosa kering, terdapat stomatitis, dan gigi klien lengkap tidak ada yang lepas.
11.  Dada (Pernafasan)
Keadaan dada bersih, bentuk simetris, pergerakkan dada inspirasi / ekspirasi simetris, tidak terdapat bunyi nafas tambahan ataupun kelainan.
12.  Kulit
Keadaan cukup bersih, tidak ada luka, turgor baik kembali < 2 detik, warna kulit sawo matang, dan suhu 39,5 ºC.
13.  Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kebersihan baik, tidak ada fraktur, pergerakkan bebas kecuali tangan kanan terpasang infuse RL 30 tetes/menit.
14.  Abdomen
Keadaan cukup bersih, turgor cepat kembali < 2 deti, tidak ada distensi abdomen dan tidak ada luka, serta kelainan – kelainan tidak ada.
15.  Genetalia
Kebersihan cukup dan tidak ada kelainan – kelainan, serta jenis kelamin klien laki-laki.

H.    POLA MAKAN DAN MINUM
Dirumah  : klien makan 3 x/hari dengan porsi yang sesuai dengan usia klien, klien makan teratur (pagi, siang, malam) dengan makanan nasi, lauk, sayur, ditambah makanan ringan. Klien minum air the dan air putih.
Di RS      : klien hanya makan ½ porsi yang disajikan dan minum air the dan air putih.

I.         POLA ELIMINASI
Di rumah : klien BAK 4 – 6 x/hari dan BAB 1 – 2 x/hari, serta klien tidak ada keluhan dengan BAK dan BAB
Di RS      : klien BAK 3 x/hari dan belum BAB.
J.      TERAPI YANG DIBERIKAN
31 Juli 2007                                                              1 - 2 Agustus 2007
1.      infuse RL 30 tts/menit                                       1. efotax/cefotaxim     3 x 350 mg
2.      efotax     2 x 250 mg                                          2. Sanmol syr              3 – 4 x 1 cth
3.      sanmol syr          3 – 4 x 1 cth                            3. Diazepam                3 – 4 x 1 bks
4. Diazepam                2,5 mg
5. Acyclovid               4 x 200 mg
6. infuse RL 30 tts/mnt

Hasil pemeriksaaan hematology : tanggal 1 Agustus 2007

HASIL PEMERIKSAAN FECES

NILAI NORMAL

Hemoglobin  : 11,5 gr %
13,5 – 17,5 % . 11,5 – 15,5 %
Lekosit         : 12.740 /mm
6 –  10 ribu / mm
Eosinofil      :  0 %
1 – 3 %
Basofil         :  0 %
0 – 1 %
Stab             : 1 %
2 – 6 %
Segmen       :  88 %
50 – 70 %
Lymposit    :  12 %
20 – 40 %
Monosit      :  0 %
2  -  8 %
Hematokrit :  30 %
+ 40 – 45 %, + 37 – 47 %
Trombosit  : 211.050 /m m
200 – 500 ribu / m m


Analisa Data
NO

DATA KLIEN

ETIOLOGI

MASALAH

1

DS : ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas

DO : KU : lemah dan kejang 2 kali dalam 30 menit, suhu 39,5 ºC, nadi 110 x/mnt, klien tampak gelisah dan kulit teraba panas.
Hipertermi
Resiko kejang berulang
2

DS : ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit makan dan hanya makan sedikit dari porsi yang disajikan

DO : klien makan hanya ½ porsi yang dimakan dari porsi yang disajikan dan BB klien 11 kg.
Kurang intake makanan
Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan



Daftar Masalah
NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL MUNCUL

1
Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi, di tandai dengan :

DS : ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas

DO : KU : lemah dan kejang 2 kali dalam 30 menit, suhu 39,5 ºC, nadi 110 x/mnt, klien tampak gelisah dan kulit teraba panas.

31 Juli 2007

2
Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang intake makanan, ditandai dengan :

DS : ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit makan dan hanya makan sedikit dari porsi yang disajikan

DO : klien makan hanya ½ porsi yang dimakan dari porsi yang disajikan dan BB klien 11 kg.

31 Juli 2007






INTERVENSI KEPERAWATAN

NO

HARI / TGL
Dx
KEP.
TUJUAN
RENCANA
KEPERAWATAN
RASIONAL

1

1
Selasa, 
31
Juli
2007










1
Dalam waktu 3 x 24 jam klien tidak mengalami kejang dan suhu badan klien normal (36,5 ºC – 37,5 ºC).

1.      berikan  kompres dengan air biasa
2.      observasi kejang dan tanda-tanda vital
3.      longgarkan pakaian dan anjurkan klien memakai pakaian tipis (kain katon) yang mudah menyerap keringat
4.      pertahankan suhu tubuh klien dalam keadaan normal
5.      kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan antiperitek

1.      perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
2.      pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
3.      proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tebal, serta tidak menyerap keringat.
4.      suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkt aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas / dinginnya tubuh.
5.      kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat dan untuk menurunkan panas.




2

Selasa, 
31
Juli
2007










2
Dalam waktu 3 x 24 jam nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria :
·        nafsu makan klien baik
·        BB klien meningkat
·        Keadaan klien sehat dan klien menghabiskan porsi yang disediakan
1.      anjurkan ibu klien memberikan makan sedikit demi sedikit tapi sering
2.      sajikan makanan selagi hangat
3.      berikan makanan kesukaan klien

1.      makan sedikit demi sedikit dapat menghindari perasaan penuh pada lambung dan rangsangan muntah
2.      dapat mempercepat penyembuhan
3.      dapat memperbaiki masukan nutrisi

























IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO

HARI

/ TGL

DX

KEP.

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1

Selasa, 
31
Juli
2007
Jam
17.15
WITA


1

1.      memberikan  kompres dengan air biasa pada daerah aksila dan frontal
2.      mengobservasi kejang dan tanda-tanda vital (suhu dan nadi klien)
3.      melonggarkan pakaian dan anjurkan klien memakai pakaian tipis (kain katon) yang mudah menyerap keringat
4.      mempertahankan suhu tubuh klien dalam keadaan normal (36,5 ºC – 37, 5ºC)
5.       berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan (RL 30 tts/mnt) dan antiperitek (sanmol 3 – 4 x 1 cth)

S : Ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas

O : KU : lemah dan kejang 2 kali dalam 30 menit, suhu 39,5 ºC, nadi 110 x/mnt, klien tampak gelisah dan kulit teraba panas.
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi 1, 2, 3 dan 5

2

Selasa, 
31
Juli
2007
Jam
17.15
WITA


2

1.      menganjurkan ibu klien memberikan makan sedikit demi sedikit tapi sering
2.      menyajikan makanan selagi hangat
3.      memberikan makanan kesukaan klien tapi tidak bertentangan dengan pengobatan

S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit makan dan hanya makan sedikit dari porsi yang disajikan

O : klien makan hanya ½ porsi yang dimakan dari porsi yang disajikan dan BB klien 11 kg.

A : masalah belum teratasi
P  : Intervensi diteruskan 1, 2 dan 3


NO

HARI

/ TGL

DX

KEP.

IMPLEMENTASI

EVALUASI

3

Rabu, 
1
Agust.
2007
Jam
21.45
WITA


1

1.      memberikan  kompres dengan air biasa pada daerah aksila dan frontal
2.      mengobservasi kejang dan tanda-tanda vital (suhu dan nadi klien)
3.      melonggarkan pakaian dan anjurkan klien memakai pakaian tipis (kain katon) yang mudah menyerap keringat
4.      berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan (RL 30 tts/mnt) dan antiperitek (sanmol 3 – 4 x 1 cth)

S : Ibu klien mengatakan bahwa badan klien masih panas

O : KU : masih lemah dan kejang berkurang, suhu 38 ºC, nadi 96 x/mnt, klien tampak masih gelisah dan kulit teraba panas.
A : Masalah sebagian teratasi (kejang berkurang)
P : lanjutkan Intervensi 1, 3 dan 5

4

Rabu, 
1
Agust.
2007
Jam
21.45
WITA


2

1.      menganjurkan ibu klien memberikan makan sedikit demi sedikit tapi sering
2.      menyajikan makanan selagi hangat
3.      memberikan makanan kesukaan klien tapi tidak bertentangan dengan pengobatan

S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah makan dari porsi yang disajikan

O : klien makan semua porsi yang disajikan dan BB klien 12 kg.

A : masalah teratasi (klien makan semua porsi yang disajikan dan sesuai dengan tujuan intervensi)
P  : Intervensi dihentikan.







NO

HARI

/ TGL

DX

KEP.

IMPLEMENTASI

EVALUASI

5

Kamis, 
2
Agust.
2007
Jam
04.15
WITA


1

1.      memberikan  kompres dengan air biasa pada daerah aksila dan frontal
2.      melonggarkan pakaian dan anjurkan klien memakai pakaian tipis (kain katon) yang mudah menyerap keringat
3.      berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan (RL 30 tts/mnt) dan antiperitek (sanmol 3 – 4 x 1 cth)

S : Ibu klien mengatakan bahwa badan klien sudah tidak panas lagi dan klien tidak kejang lagi

O : KU : masih lemah dan kejang tidak ada lagi, suhu 37,1 ºC, nadi 80 x/mnt, klien tidur dengan nyenyak dan kulit terlihat tenang.
A : Masalah teratasi (sesuai dengan tujuan dari intervensi)
P : Intervensi dihentikan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar