RADANG TINGGI PANGGUL
{ PELVIC INFLAMATORY DISEASE = PID }
Kesatuan fungsional Korpus uteri antara lain Uterus, Tuba fallopii, Ovarium, pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat disekitarnya dan peritoneum.
Radang tinggi panggul adalah radang karena naiknya infeksi yang tadinya bersarang pada traktus geniatalis bagian bawah, yang termasuk radang tinggi panggul antara lain :
1. Endometritis.
2. Miometritis { Metritis }.
3. Perimetritis { Pelveoperitonitis }.
4. Adneksitis { Salpingitis/Pyosalpinx, Oophoritis/Pyovarium }.
5. Parametritis { Cellulit pelvica }.
Radang tinggi panggul dapat dibagi menjadi :
a. Radang akut.
Penyebab :
2 Gonorrhoe { 60% disebabkan GO }.
2 Kuman-kuman lain : Sterptococcus aerob maupun anaerob, Staphylococcus
b. Radang kronis.
Dari radang akut.
Naiknya infeksi dipermudah oleh :
1. Menstruasi { sering radang tinggi timbul setelah menstruasi }.
2. Partus atau abortus.
3. Operasi gynekologis { kuret }.
Yang paling sering terkena ialah Tubae yang kemudian dapat merambat ke Ovaria atau Peritoneum panggul kecil
ENDOMETRITIS
A. ENDOMETRITIS AKUT.
1. Pengertian.
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak serta perdarahan interstitial.
2. Etiologi.
2 Gonorrhoe.
2 Infeksi pada abortus atau partus.
2 Sebab lain : Tindakan; kerokan, memasukan radium kedalam uterus, memasukan IUD, dsb.
3. Tanda dan Gejala.
2 Demam.
2 Lochia berbau : pada endometritis post abortus kadang-kadang keluar flour yang purulent.
2 Lochia lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
2 Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
4. Penatalaksanaan.
2 Uterotonika.
2 Istirahat, letak fowler.
2 Antibiotika.
2 Endometritis senilis perlu dikuret, untuk menyampingkan corpus carcinoma dapat diberi estrogen.
B. ENDOMETRITIS KRONIS.
1. Pengertian.
Infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.
Endometritis kronik ditemukan :
2 Pada tuberculosis.
2 Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
2 Jika terdapat corpus alienum di Kavum uteri.
2 Pada polip uetrus dengan infeksi.
2 Pada tumor ganas uterus.
2 Pada salpingo-oophoritis dan sellulit pelvik.
2. Tanda dan Gejala.
2 Flour albus yang keluar dari ostium/leukorea.
2 Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
3. Penatalaksanaan.
2 Tergantung dari penyebab.
2 Dilakukan kuretasi.
Kadang-kadang dengan kuret ditemukan endometritis tuberrculosa, kuretasi juga bersifat terapeautis.
MIOMETRITIS
A. MIOMETRITIS AKUT.
1. Pengertian.
Radang miometrium biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi post partum.
2. Etiologi.
2 Kerokan pada endometrium yang radang.
3. Tanda dan Gejala.
2 Sama pada endometritis.
2 Menunjukkan reaksi radang.
« Pembengkakan.
« Infiltrasi sel-sel radang.
2 Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis.
2 Kadang-kadang terjadi abses.
4. Penatalaksanaan.
Sama dengan endometritis.
C. MIOMETRITIS KRONIS.
Miometritis kronis adalah diagnosis, yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometrorrhagi dengan uterus lebih dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat kehamilan.
PARAMETRITIS
1. Pengertian.
Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari salpingo-oophoritis, kadang-kadang terjadi dari endometrium atau parametritis.
2. Etiologi.
2 GO.
2 Sepsis { post partum atau post abortus }.
2 Dari appendicitis.
Pelveoperitonitis { parametritis } dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga panggul dengan akibat perasaan nyeri atau Ileus.
Dapat dibedakan dalam 2 bentuk :
1). Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2). Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan Douglas abses.
PELVEOPERITONETIS AKUT.
a. Gejala.
Nyeri perut bagian bawah.
b. Diagnosa
Pada toucher teraba infiltrat dalam cavum Douglas, tapi kadang-kadang hanya ada penebalan lipatan cavum Douglas yang teraba sebagai pinggir yang keras. Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi Douglas abses. Douglas abses dapat pecah ke dalam rektum atau ke dalam fornix posterior vaginae.
Douglas abses dapat terjadi karena :
2 Nanah yang keluar dari salpingitis purulenta.
2 Pyosalpinx yang pecah.
2 Haemotocele retrouterina yang terinfeksi.
2 Abses ovarium yang pecah.
2 Dari abses appendicular.
2 Pelveoperitonitis purulenta.
2 Perforasi usus pada thypus abdominalis.
Gejala :
2 Demam intermittens : pasien menggigil.
2 Tenesmi ad anum.
Diagnosa :
2 Pada toucher teraba tahanan yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum Duoglas dan dengan nyeri tekan.
2 LED tinggi, gambaran darah toksis.
c. Penatalaksanaan
2 Broad spektrum antibiotika.
2 Istirahat dalam letak fowler.
2 Opiat untuk mengurangi rasa nyeri.
2 Infus untuk mempertahankan balans elektrolit.
2 Dekompresi dengan Abolt Miller Tube.
2 Pada Douglas abses dilakukan kalpotomia posterior.
Kalau setelah kalpotomi tidak segera ada perbaikan harus dicari sebab-sebab extragenital misalnya perforasi usus karena thypus abdominalis.
ADNEKSITIS
A. ADNEKSITIS AKUT.
1. Pengertian.
Salpingitis menjalar ke Ovarium hingga juga terjadi Oophoritis.
2. Etiologi.
2 GO.
2 Stapylococcus, streptococcus, bacterium TBC.
Infeksi dapat juga terjadi :
a). Naik dari cavum uteri.
b). Menjalar dari alat yang berdekatan seperti appendik yang meradang.
c). Haemotogen terutama salpingitis TB.
Salpingitis biasanya bilateral.
3. Tanda dan Gejala.
2 Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras.
2 Nyeri kiri dan kanan perut bagian bawah terutama kalau ditekan defense kiri dan kanan diatas Povpart.
2 Mual dan muntah.
2 Tenesmi ad anum.
Toucher : Nyeri kalau portio digoyangkan.
Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
Kadang-kadang ada pemecahan dari tuba.
2 Menorrhagi dan dysmenorrhoe.
2 Kadang-kadang terjadi pyosalpinx dan pyovarium dan setelah pus diabsorbsi terjadi hydrosalpinx.
Kalau tekanan dalam hydrosalpinx cukup besar maka cairan dapat mencari jalan kedalam cavum uteri, maka sekonyong-konyong keluar cairan dari genetalia.
2 Kalau nanah masuk kedalam rongga perut dapat terjadi pelveoperitonitis dan Douglas abses.
2 Pada salpingitis gonorrhoe tubae menjadi berat, jatuh dalam cavum Douglas dam menimbulkan retroflexia uteri fixata { cavum Douglas nyeri tekan dan pada coitus dyspareunia }
4. Penatalaksanaan.
2 Istirahat, broad spektrum antibiotik dan kortikosteroid.
2 Usus harus kosong.
B. ADNEKSITIS KRONIK
Adneksitis kronik dapat terjadi :
a. Sebagai lanjutan dari adneksitis akut.
b. Dari permulaan sifatnya kronis seperti adneksitis TB
Adneksitis kronis terbagi menjadi :
a. Hdrosalping.
b. Pyosalping.
c. Salpingitis interstitiallis kronik.
d. Kista tuba-ovarial, abses tuba-ovarium.
e. Abses ovarial.
f. Salpingitis tubercolusa.
Tanda dan gejala
è Anamnesa telah telah menderita adneksitis kronis.
2 Nyeri diperut bagian bawah, nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri dipinggang atau waktu BAB.
2 Dysmenorrhoe.
2 Menorrhagia.
2 Infertilitas.
Diagnosa :
Dengan toucher dapat teraba adnek tumor.
Salah satu bentuk khas ialah salpingitis isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma.
Penatalaksanan :
2 Antibiotik dan istirahat.
2 UKG
2 Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif.
Indikasi terapi operatif
1). Apabila setelah berulangkali dilakukan terapi diatermi keluhan ada dan menganggu kehidupan sehari-hari.
2). Apabila tiap kali timbul rekativitas dari proses radang.
3). Apabila ada tumor disebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tumor tidak bergerak, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, pyosalping, kista tubo-ovarial, dan sebagainya.
4). Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba.
à laparoskopi terlebih dahulu.
PARAMETRITIS
1. Pengertian.
Radang dari jaringan longgar di dalam liglatum disebut parametritis. Radang ini bersifat unilateral.
2. Etiologi.
a. Dari endometritis.
2 Per continuitatum.
2 Lympatogen.
2 Hematogen.
b. Dari robekan serviks.
c. Perforasi uterus oleh alat-alat { sonde, kuret, IVP }
3. Tanda dan Gejala.
2 Suhu tinggi dengan demam menggigil.
2 Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum seperti muntah, defensi, dll.
4. Diagnosa
2 Setelah beberapa lama dengan toucher dapat diraba infiltrat yang keras yang sampai kedinding panggul. Infiltrat ini lebih jelas teraba dengan tuocher rectal.
2 Uterus terdesak kepihak yang sehat.
5. Penyulit.
2 Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksaserbasi yang akut.
2 Dapat terjadi trombophlebitis.
Trombophlebitis pelvica dapat menimbulkan emboli.
2 Dapat timbul abses dalam parametrium.
Maka timbullah demam intermitten dan infiltrat menjadi lunak dan ada fluktuasi { pada toucher }.
Abses ini harus di punksi melalui cavum atau diatas ligamentum inguinale.
6. Penatalaksanaan.
Antibiotika – resorptif.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
ADNEKSITIS
I. PENGKAJIAN.
a. Keluhan Utama.
Pasien mengeluh demam dan menggigil, sakit perut kanan dan kiri sebelah bawah, mual dan muntah, dysmenrrhoe, menorrhagi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan diatas dan bagaimana klien menanggulanginya serta faktor apa yang memperingan atau memperberat penyakitnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Tanyakan, klien apakah pernah menderita penyakit Adneksitis, appendicitis dan penyakit lainnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
II. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Inspeksi.
Klien tampak sakit berat, muka merah dan menggigil.
b. Palpasi.
Nyeri tekan daerah adnexa
Periksa dalam : bila portio uteri digoyangkan terasa nyeri dan terasa adanya perubahan tuba.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya infeksi ditandai dengan
« Menggigil, demam tinggi.
« Muka merah.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Intervensi :
« Kaji tanda vital.
« Ajarkan klien pentingnya mempertahankan masukan caiaran yang adekuat.
« Pantau masukan dan keluaran.
« Lihat juga kekurangan volume cairan.
« Ajarkan pentingnya peningkatan masukan caiaran.
« Jelaskan kebutuhan untuk menghindari alkohol, kafein dan makan banyak.
« Jelaskan kebutuhan untuk menggunakan pakaian yang kendor dan menyerap keringat.
2. Nyeri { akut } berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
« Nyeri perut bagian bawah kiri dan kanan.
« Penampilan wajah menahan nyeri, fokus pada diri sendiri.
Tujuan : laporan nyeri hilang/ terkontrol.
Intervensi :
« Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya
{ dangkal, tajam, konstan }.
« Pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi.
« Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/visualisasi.
« Berikan perawatan mulut dengan sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak menyenangkan.
« Berikan obat sesuai indikasi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan
« Mual dan muntah.
« Klien tampak lemah.
« Enggan makan/kurang minat terhadap makan.
Tujuan : nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
« Ukur masukan diit harian.
« Bantu dan dorong klien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet. Beri klien makan bila klien mudah lelah, atau berikan orang terdekat membantu klien. Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
« Berikan makanan sedikit dan sering.
« Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.
« Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
« Anjurkan istirahat sebelum makan.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik secara individu mengeluarkan urine cukup dan tidak ada muntah.
Intervensi :
« Pertahankan masukan dan haluaran akurat.
« Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, tidak ada bising usus.
« Hindarkan dari lingkungan yang berbau.
« Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.
« Timbang BB tiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
I. Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1994.
II. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1981.
III. Pusdiknakes RI, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Gangguan Sistem Reproduksi, Jakarta, 1993.
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/