Sabtu, 07 April 2012

KEHAMILAN EKTOPIK

KEHAMILAN  EKTOPIK



Ë DEFINISI.
Kehamilan Ektopik   adalah  implantasi  ovum  subur  di luar  rongga  uterine.
Daerah yang umum diimplantasi adalah tuba fallopii, umumnya bagian   sebelah kanan.   Daerah lainnya adalah interstitium, ligamen tuba ovaria, ovary, rongga perut  / abdominal dan servik bagian luar.
Kehamilan ektopik adalah penyebab kedua setelah aborsi spontan dari perdarahan awal trimester dan timbulnya gejala dan diagnosis dilakukan     pada periode tersebut.

Ë ETIOLOGI.
Suatu kondisi yang menghalangi pembentukan saluran ovum yang subur dari ovarium melalui tuba fallopii ke uterus bisa menyebabkan kehamilan ektopik :
Endosalpingitis, Penyakit Peradangan Pelvis (PID), Divertikula Adhesion (Khususnya Endometriasis Atau Infeksi Nifas), Tumor, Pembedahan Tuba Dan Sebab Dari Iud, STD  Dan Aborsi Indused.


 KLASIFIKASI KEHAMILAN TUBA


KEHAMILAN  TUBA

Fertilisasi yakni penyatuan ovum   dengan  spermatozoon  terjadi  di ampula tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan  di tempat  yang akhir ini mengadakan  implantasi  di endometrium.          Keadaan pada tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada endosalping.

ETIOLOGI

a.  Bekas radang pada tuba  à perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
b.  Kelainan bawaan pada tuba, antara lain divertikulum, tuba sangat panjang.
c.   Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan perituba, tekanan pada tuba oleh tumor dari luar, dan sebagainya.

d.  Operasi plastik pada tuba.
e.  Abortus buatan.

PATOLOGI

Dasar terjadinya adalah adanya hambatan jalannya sel telur yang telah dibuahi untuk mencapai cavum uteri, akibatnya sel tersangkut dan nidasi pada dinding tuba fallopii dan akhirnya tumbuh dan terjadi kehamilan. Proses pertumbuhan dan terjadinya jaringan fetal dan maternal sesuai dengan apabila terjadi                      di endometrium.   Sel trofoblast menembus dinding tuba falopii sampai keanyaman vaskularnya dalam upaya menyiapkan dan membentuk tempat tumbuhnya embrio. Reaksinya pada dinding  tuba, terjadi penambahan jumlah serta besar pembuluh darah untuk memperkuat sirkulasi, decidua juga terbentuk. Dinding tuba tidak mampu melindungi dirinya dari proses penembusan jaringan embrionik, sehingga terjadi kerusakan-kerusakan sepanjang alur penembusan tersebut.          Ini menyebabkan kegagalan pertumbuhan embrio secara normal.  Perdarahan yang terjadi berakhir sebagai abortus tuba dan ruptura tuba falopii. Berhentinya proses kehamilan dimulai pada saat  terjadinya perdarahan-perdarahan  biasanya               4 – 6  minggu setelah haid terakhir.

TANDA DAN GEJALA.
§  Nyeri perut bagian bawah.
§  Amenorrhoe.
§  Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua.
§  Syock karena hypovolemia.
§  Nyeri bahu dan leher    (iritasi diafragma).
§  Nyeri pada palpasi  : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
§  Nyeri pada toucher  (terutama kalau serviks digerakkan atau pada perabaan cavum Douglas, nyeri digoyang).
§  Pembesaran uterus  : pada kehamilan uterus membesar karena pengaruh hormon kehamilan, tapi  sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intra uterin yang sama umurnya.
§  Tumor dalam rongga panggul.
§  Gangguan kencing.
§  Perubahan darah  : kadar Hb turun.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ä  Pemeriksaan Laboratorium :
o   Beta – Subumit Assay untuk Chorionik Gonadotropik pada wanita rendah / menurun.
o   Jumlah SDP bisa meningkat.
o   Jumlah SDM bisa menurun / berkurang.
o   Sedimen eritrosit bisa meningkat.
o   Kadar Hb menurun.
Ä  Rontgen :
o   USG
o   Laparoskopi menggambarkan kehamilan extra uterine dan memperluas struktur tuba falopii.
o   Culdocentesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum Douglas terdapat darah (cairan berasal dari kul dengan sac vagina) menampakkan darah non choiting.


BEBERAPA JENIS
KEHAMILAN EKTOPIK LAIN

Ä  KEHAMILAN SERVIKAL.
Jarang dijumpai, biasanya terjadi abortus spontan didahului oleh perdarahan, makin  lama makin banyak. Nidasi terjadi dalam selaput lendir servic, dengan tumbuhnya telur servix menggembung.  Plasenta sukar dilepaskan dan pelepasan plasenta  menimbulkan perdarahan hebat hingga servik perlu ditampon dan jika tidak dapat  menolong dilakukan hysterektomi.

Ä  KEHAMILAN INTERSTISIIL.
Implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tubae, karena lapisan  myometrium disini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3  atau ke 4.   Kalau terjadi ruptur, maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.
Therapy  :  hysterektomi.
Ä  KEHAMILAN ABDOMINAL.
Kehamilan abdominal ada 2 macam :
a.    Primer  à  sel telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
b.    Sekunder  à  yang asalnya kehamilan tuba dan setelah ruptur baru menjadi kehamilan abdominal.
Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal sekunder, biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba, permukaan belakang rahim dan ligamentum.  Janin mati sebelum tercapai maturitas  (bulan ke 5 atau ke 6)  karena pengambilan makanan kurang sempurna.
Nasib janin yang mati intra abdominal sebagai berikut :
§  Terjadi penanahan sehingga kantong kehamilan menjadi abses yang dapat pecah melalui dinding perut atau ke dalam usus atau kandung  kencing. Dengan nanah keluar bagian-nagian janin seperti tulang-tulang, potongan-potongan kulit, rambut, dan lain-lain.
§  Pengapuran (kalsifikasi)  à anak yang mati mengapur, menjadi keras karena endapan-endapan garam kapur hingga berubah menjadi anak batu.
§  Perlemakan  : janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak kental (adipocere).
Jika kehamilan terjadi a’term, maka timbul his. Pasien merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa.
Pada pemeriksaan dalam, pembukaan tidak menjadi besar paling-paling  sebesar  1-2  jari dan servik tidak merata. Kalau kita masukkan jari ke dalam  cavum uteri maka teraba uterus yang kosong. Jika keadaan ini tidak lekas          ditolong  dengan laparatomy maka anak akan mati.

GEJALA :
o   Segala tanda kehamilan ada, tapi pada kehamilan abdominal pasien lebih menderita karena peritoneum.  Misal : sering mual, muntah, gembung  perut, obstipasi  dan nyeri perut sering dikemukakan.
o   Pada kehamilan sekunder mungkin pasien pernah mengalami sakit perut yang hebat disertai pusing atau pingsan ialah waktu terjadi ruptura  tubae.
o   Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras  (tidak ada kontraksi  Braxton Hicks).
o   Peregangan anak dirasakan nyeri oleh ibu.
o   Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar.
o   Bagian anak lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh                dinding perut.
o   Pada  rontgen foto tampak kerangka anak yang tinggi.
o   Pada foto lateral bagian-bagian janin menutupi vertebra ibu.
o   Jika sudah ada his dapat terjadi pembukaan   ±   sebesar  1 jari dan tidak menjadi lebih besar dan uterus kosong.

THERAPY :
o   Harus dioperasi secepat mungkin mengingat bahaya-bahaya perdarahan.
o   Yang dituju pada operasi adalah melahirkan anak saja, sedangkan plasenta biasanya ditinggalkan.
Melepaskan plasenta dari dasarnya pada kehamilan abdominal menimbulkan perdarahan yang hebat, karena plasenta melekat pada dinding yang tidak kontraktil.  Plasenta yang ditinggalkan lambat laun akan diresorpsi.

Ä  KEHAMILAN OVARIAL.
Jarang terjadi, biasanya berakhir dengan ruptur pada hamil muda. Untuk dapat membuat diagnosis kehamilan ovarial murni, harus dipenuhi beberapa syarat  (spiegelberg)  :
a.    Tuba pada tempat kehamilan  harus normal, bebas dan terpisah dari ovarium.
b.    Kantong janin harus terletak dalam ovarium.
c.    Ovarium yang mengandung kantong janin, harus berhubungan dengan uterus lewat ligamentum ovarii proprium.
d.    Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin.  









DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1.     Resiko infeksi berhubungan dengan ruptur trauma dan inflamasi peritoneal.
Tujuan   :
Mengenali tanda-tanda infeksi.
Intervensi       :
  1. Monitor tanda vital termasuk temperatur.
  2. Monitor sel darah putih dan ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate).
  3. Tentukan kecendrungan sakit dan ciri-cirinya. Lakukan analgesik secara hati-hati tapi jangan dihentikan.
Rasional :
  1. Suhu badan bisa rendah atau diatas  100,4 0C  (38 0C).  Pyreksia biasanya ada pada infeksi  pada umumnya dan suhu melebihi 100,4 0C mungkin dapat membedakan antara salpingitis dan kehamilan amphned tuba, terapi antibiotik di awali setelah atau sebelum  operasi seperti halnya infeksi.
  2. ESR yang masih dalam batas normal konsistens dengan kehamilan ektopik ruptur dan anal.  Transient, menaikkan WBC berhubungan dengan trauma ruptur. Tingkatannya akan kembali normal dalam jangka waktu 24 jam. Naiknya WBC berhubungan dengan infeksi dan juga PID  (Pelvic Inflammatory Disease).
  3. Analgetik akan mengurangi atau menghilangkan sakit pada ruptur intra peritoneal dan subsequeral peritonitis.

2.    Perubahan rasa nyaman  (nyeri)  berhubungan dengan gangguan selaput pelvic.
Tujuan   :
Mengurangi sakit.
Intervensi       :
  1. Kaji rasa sakit dan ciri-cirinya terdiri dari kualitas, frekuensi, lokasi dan intensitasnya. Buatlah laporan dengan pasien dan orang yang berkepentingan lainnya.
  2. Panggillah pasien  dengan nama yang dikehendaki, jangan tinggalkan pasien dalam keadaan periode yang lama.
  3. Kurangi rangsangan lingkungan yang mengganggu.
  4. Lakukan pemeriksaan yang nyaman terdiri dari perubahan posisi, teknik relaksasi dan analgesia farmakologis.
Rasional :
  1. Profil sakit dapat membantu memformasikan diagnosa medis.
  2. Hubungan yang positif  memudahkan dan mengurangi kegelisahan.
  3. Tingkah laku regresi, marah dan menolak dan non konfliens mungkin akan timbul.  Rangsangan luar cenderung akan meningkatkan sakit, gangguan saat istirahat akan mengganggu ketahanan pasien.
  4. Peningkatan perfusi selaput bertambah dengan stimulasi aferen yang luas, serat sensor mengurangi sensori akan rasa sakit.

3.    Ketakutan berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan ancaman kesuburan.
Tujuan   :
Mengurangi ketakutan.
Intervensi       :
  1. Memberikan informasi yang jelas dan memberikan pengertian tentang kondisinya.
  2. Berikan dorongan dan dukungan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya untuk menggunakan mekanisme koping yang biasa ia gunakan (yang berhasil bagi pasien).
  3. Ajarkan pasien untuk mengenal dan mengurangi resiko dari kehamilan ektopik à perawatan infeksi genital dan PID dengan segera  (resiko dari kehamilan ektopik adalah pertambahan komplikasi PID  atau adanya riwayat pembedahan tuba fallopii).
Rasional :
1.      Komunikasi terbuka dapat memberikan pengertian dan membantu mengurangi ketakutan.
2.     Membantu pasien untuk  mengetahui bahwa dukungan tersedia dan prilaku masa lalu yang berhasil dapat digunakan untuk membantu menerima   situasi saat ini.
3.     Mengetahui gejala dini dari kehamilan ektopik dan mengurangi kejadian kehamilan ektopik, hingga kondisi klien stabil dan nyeri terkontrol.






DAFTAR PUSTAKA



Jaffe, Marrie, etc. 1989. Maternal Infant Health Care Plans. Springhouse Corporation, Pennsylvania.

Bagian Obstetri dan Ginekologi. 1982. Obstetri Patologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Prawirohardjo, Sarwono.  1994.  Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka , Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 1992.  Ilmu Kebidanan.  Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar