Jumat, 06 April 2012

PROSES INFEKSI.

PROSES INFEKSI.

       Beratnya penyakit yang di alami oleh klien tergantung pada tingkat infeksi, patogenitas mikroorganisme,dan kerentanan pejamu.
Infeksi terbagi menjadi 2, yaitu bisa bersifat lokal atau setempat dan bisa bersifat sistemik atau mengenai seluruh tubuh dan dapat menjadi fatal.

Proses infeksi berdasarkan tahap adalah :
1. Periode Inkubasi
Adalah interval antara masuknya pathogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.

2. Tahap Prodromal.
Adalah Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik ( malaise,demam ringan, keletihan ) sampai gejala yang spesifik . ( selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan kien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

3. Tahap sakit.
Adalah interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap, jenis infeksi ( misalnya : demam di manifestasikan dengan sakit tenggorokan, kongesti sinus, rhinitis,  dan seperti mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar paratiroid dan saliva )

4. Pemulihan .
Adalah Interval saat munculnya gejala akut infeksi ( lamanya penyembuhan bergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien, penyembuhan bisa berlangsung dalam beberapa hari atau bahkan sampai bulanan

Pertahanan terhadap infeksi.

      Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi , melewati :
1. Flora normal yang tinggal di dalam dan di luar tubuh melindungi individu dari beberapa pathogen.
2. Proses peradangan  adalah reaksi protektif selular dan vascular yang menetralisir pathogen dan memperbaiki  sel tubuh.
3. Sistem pertahanan tubuh.

PERTAHANAN SISTEM TUBUH.

       Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan yang unik terhadap mikrooganisme.
Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastro intestinal sangat mudah di masuki oleh mikroorganisme.
Organisme pathogen dengan mudah menempel pada kulit, di inhalasi ke paru atau di cerna dengan makanan.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan fisiologis di sesuaikan dengan struktur dan fungsinya.
Kondisi yang mempengaruhi pertahanan khusus organ meningkatkan kecenderungan terhadap infeksi.


INFLAMASI
       Respon selular tubuh terhadap cedera atau infeksi adalah inflamasi.
Inflamasi adalah reaksi protektif vascular dengan menghancurkan cairan, produk darah dan nutrient ke jaringan intertisial  ke daerah cedera.
Proses ini berguna untuk menetralisasi dan mengeliminasi pathogen atau jaringan mati     ( nekrotik ) dan memulai cara-cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.
      Tanda-tanda infeksi adalah bengkak, kemerahan, panas, nyeri atau nyeri tekan  dan hilangnya fungsi pada bagian yang terinflamasi.
Jika inflamasi menjadi sistemik maka muncul tanda dan gejala lain seperti demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
       Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi, atau mikroorganisme.
Pencetus agen fisik seperti trauma mekanis, suhu yang ekstrem, dan radiasi.
Sedangkan agen kimiawi termasuk iritan internal dan eksternal seperti racun keras atau asam lambung.
Mikroorganisme dapat juga mencetuskan respon ini.
      Setelah jaringan cedera , maka terjadi urutan kejadian yang dikoordinasi dengan baik .Respon  inflamasi termasuk hal-hal berikut :
1. Respon Vaskular dan Selular
2. Pembentukan eksudat inflamasi.
3. Perbaikan jaringan.


Ad.1. Respon Vaskular dan Selular.
       Inflamasi akut adalah respon segera terhadap cedera selular.
Arteriol yang menyuplai daerah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi , hal ini memungkinkan lebih banyak darah masuk ke sirkulasi lokal.
Peningkatan aliran darah lokal tersebut menghasilkan karakteristik kemerahan pada inflamasi . Gejala hangat lokal di hasilkan dari volume darah yang lebih besar pada daerah inflamasi.
      Vasodilatasi lokal menghantarkan darah dan sel darah putih ( SDP ) ke jaringan yang cedera.
Cedera menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya tubuh mengeluarkan histamine, bradikinin, prostaglandin dan serotonin.
Mediator kimiawi ini meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil akibatnya cairan, protein dan sel memasuki ruang intertisial .
Cairan yang terakumulasi tampak sebagai pembengkakan lokal atau edema.
       Sedangkan nyeri terjadi diakibatkan oleh adanya pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung saraf .Substansi kimiawi seperti histamin menstimulasi ujung saraf.
Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis pada inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara.
       Respon selular dari inflamasi termasuk meningkatnya SDP pada daerah tersebut.
Sel darah putih ( SDP ) lewat melalui pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan, melalui proses Fagositosis.
SDP tertentu disebut neutrofil dan monosit menelan dan menghancurkan mikroorganisme atau partikel lainya.
       Leukositosis  atau peningkatan jumlah SDP yang bersirkulasi adalah respon tubuh terhadap SDP yang keluar dari pembuluh darah .
Demam disebabkan oleh pelepasan fagositik oleh pirogen dan sel bakteri yang menyebabkan peningkatan set point hipotalamus.

Ad.2       Eksudat inflamasi adalah akumulasi cairan dan sel mati jaringan serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi.
Eksudat dapat berbentuk Serosa ( jernih sepertri plasma ), Sanguinosa ( mengandung sel darah merah ) atau Purulen ( mengandung SDP dan Bakteri ).
Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaranya.

Ad.3      Perbaikan jaringan. Jika terjadi cedera pada sel jaringan, penyembuhan termasuk tingkat bertahan, rekonstruksi, dan maturatif.
Sel yang rusak akan diganti oleh sel yang baru yang sehat..
Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut  mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya.
Kerusakan jaringan dapat diisi dengan jaringan granulasi  yang mudah rusak. Jaringan granulasi tidak sekuat kolagen jaringan dan mengambil berbentuk parut.

RESPON IMUN.
        Saat mikroorganisme penginvasi memasuki tubuh, mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit
Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal ( Antigen ) menyebabkan rentetan respon yang mengubah sususnan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dari reaksi pertama.
       Respon yang berubah ini dikenal sebagai respon Imun, dalam respon imun normal , Antigen dinetralisasi, dihancurkan atau di musnahkan.
Antigen biasanya tersusun dari protein yang normalnya tidak ditemukan dalam tubuh manusia. Seringkali adanya antigen sebagai bagian dari struktur bakteri atau virus.
Setelah antigen masuk kedalam tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai immunitas selular atau homoral.

Ad.Imunitas Selular.
      Ada dua kelas limfosit :
1. Limfosit T ( CD4T )
2. Limfosit B ( Sel B ).
Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas selular .
Ada reseptor antigen pada membrane permukaan limfosit CD4T, bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka terjadi ikatan.
Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka.
Limfosit yang peka bergerak kedaerah inflamasi atau cedera, berikatan dengan antigen dan melepaskan senyawa kimiawi yang disebut Limfokin.
Limfokin menarik dan menstimulasi  makrofag  untuk menyerang antigen, akhirnya antigen dimatikan .
Respon selular tersebut diubah oleh HIV yang menyebabkan AIDS.

Ad. Imunitas Humoral .
       Stimulasi Sel B ( limfosit B ) memicu respon  imun humoral, menyebabkan  sintesis immunoglobulin atau antibodi yang membunuh antigen.
Setelah sel B berikatan dengan satu Antigen, akan menyebabakan pembentukan sel B plasma dan memori
Sel Plasma mensintesis dan mensekresi antibodi dalam jumlah besar, yang merupakan protein yang normalnya ditemukan yang menyediakan imunitas menyeluruh.
Sel B memori mempersiapkan tubuh melawan invasi antigen nantinya.
Jika bila antigen masuk lagi kedalam tubuh, antibody terbentuk lebih cepat daripada saat pertama terpapar, dan kadar immunoglubolin tetap tinggi untuk menyerang antigen.
       Antibodi merupakan molekul protein besar, ada lima kelas antibodi immunoglubolin  yang diidentifikasi dengan huruf M, G, A, E dan D..
Immunoglibolin M ( ig M ) adalah antibodi awal pradominan dibentuk  setelah kontak awal dengan   Antigen disebut juga sebagai respon imun Primer. Adanya IgM menandakan adanya infeksi baru terjadi.
       Pembentukan antibody merupakan dasar dari immunisasi terhadap penyakit dan merupakan kejadian Natural atau buatan.
Imunitas natural dihasilkan setelah terkena penyakit tertentu seperti campak, dan bertahan selama hidup.
Imunitas buatan didapat setelah menerima vaksin, seperti polio, sedangkan Imunitas Pasif biasanya berdurasi pendek dan merupakan jenis yang dapat diperoleh secara transplacenta.

Komplemen adalah senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibody terikat bersama, setelah diaktifkan terjadi perubahan yang cepat dari aktivitas katalitik mengubah bentuk sel antigenik bakteri.
Kemudian terjadi proses Sitolisis yaitu kemampuan komplemen membuat lobang melalui membrane sel antigen, kemudian ion dan air masuk ke dalam sel, mengakibatkan sel mengembang .

Interferon
Pada saat tertentu di invasi olehl virus,  sel tersebut mensintesis interferon protein.
Interferon mengganggu kemampuan virus bermultiplikasi   dan melindungi  sel tubuh dari infeksi simultan virus lain dan menghambat pertumbuhan dan pembelahan   sel tomor.




INFEKSI NASOKOMIAL.
Diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan.
Unit Perawatan Intensip ( UPI ) merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko tinggi terkena infeksi nasokomial.
Infeksi Iatrogenik adalah jenis infeksi nasokomial yang diakibatkan oleh prosedur diagnostic atau terapeutik.
       Infeksi nasokomial dibagi menjadi dua yaitu : infeksi eksogen dan infeksi indogen.
Infeksi Eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal.
Sedangkan Infeksi Endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan .

Tempat dan Penyebab Infeksi Nasokomial.
1. Tr. Urinarius :
* Pemasangan kateter urine.
* Sistem drainase terbuka.
* Kateter dan selang tidak tersambung.
* Kantung drainase menyentuh p[ermukaan tanah yang terkontaminasi.
* Tehnik penampunag yang tidak tepat.
* Obstruksi atau gangguan pada drainase uirine.
* Urine dalam selang masuk kembali kedalam kandung kemih ( refluk )
* Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.

2. Luka Bedah atau Traumatik.
* Persiapan kulit ( mencukur dan membersihkan  .yang tidak tepat sebelum pembedahan.
* Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.
* Tidak membersihkan permukaan kulit dengan tepat,
*Tidak tepat menggunakan alat aseptic selama ganti balutan.
* Menggunakan larutan aseptikyang sudah terkontaminasi.

3. Tr. Respiratorius.
* Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
* Tidak tepat menggunakan teknik aseptic saat pengisapan pada jalan nafas.
* Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak tepat.
* Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.

4. Aliran darah.
* Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum.
* Memasukan obat tambahan kecairan intravena.
* Perawatan area tusukan yang tidak tepat.
* Jarum atau kateter yangterkontaminasi.
* Teknik yang tidak tepat selama pemberian bermacam produk darah..
* Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal atau hemodialisa
* Teknik mencuci tangan yang tidak tepat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar