“KONSER DASAR “
M I O S I T I S
A. PENGERTIAN.
Miositis adalah peradangan pada otot.
B. ETIOLOGI.
° Infeksi langsung dari bakteri, virus, parasit dan jamur.
° Dapat terjadi akibat berbagai kelainan toksik metabolik dan endokrin
C. TANDA DAN GEJALA.
° Sulit dalam melaksanakan aktivitas { berdiri, naik tangga }
° Kelemahan otot à menimbulkan kontraktur dan fraktur.
° Nyeri sendi dan otot.
° Sukar menelan dan refluks usofagus.
° Peristaltik menurun.
° Pada percobaan fungsi paru, menunjukkan gangguan pertukaran gas, dan kapasitas total paru menurun.
° Bengkak {otot}.
D. PATOFISIOLOGI.
Miositis dapat mengenai satu atau semua otot, setempat atau menyeluruh. Pada daerah kerusakan terdapat sel radang dan perubahan pada sel otot, bergantung pada penyebab. Dapat mengalami koagulasi dan regenerasi lemak, dapat ditemukan bersama-sama sel radang. Pada proses radang akut ditemukan sel radang netrofil, sedangkan pada proses radang kronik ditemukan lifosit, histosit dan monosit. Pada stadium akhir terdapat pergantian oleh jaringan ikat dan hipertrofi kompensatorik sel yang masih utuh. Kalau otot benar disebut oleh agen penyebabnya, maka penyebabnya dapat ditemukan pada tempat jejas.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS.
1. Pengobatan simtomatik.
2. Cardiosteroid dan analgesik ringan.
3. Terapi fisik khusus untuk mencegah fraktur.
4. Mempertahankan kekuatan otot.
5. Makan sedikit-sedikit.
6. Analgesik untuk refluks osufagus.
7. Istirahat mutlak dengan bagian kepala ditinggikan.
8. Pengobatan maligna bila ada.
9. Fisioterapi
° Mobilisasi
° Latihan ROM.
° Latihan.
P O L I M I O S I T I S
A. PENGERTIAN.
Polimiositis adalah miopati meradang kronik yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya menyebabkan kelemahan simetris disertai atropi otot, terutama mengenai otot-otot paroksimal gelang bahu dan panggul, leher dan faring. Apabila peradangan otot disertai bercak merah disebut dermatomiositis.
B. ETIOLOGI.
Penyebab tidak diketahui, teori dari penyebab:
° Reaksi autoimunosistem, kemungkinan pencetusnya virus.
° Ada hubungan dengan tumor maligna.
C. TANDA DAN GEJALA.
Sama dengan miositis hanya pada polimiositis banyak mengenai otot secara bersama-sama dan pada dermatomitosis akan tampak kemerahan-merahan pada siku, punggung tangan, muka dan bahu.
D. KLASIFIKASI POLIMIOSITIS {DERMATOMIOSITIS}.
1. Polimiositis dewasa {tanpa keterlibatan kulit}.
2. Dermatomiositis dewasa {keterlibatan otot dan kulit}.
3. Polimiositis / Dermatomiositis dengan penyakit keganasan.
4. Polimiositis pada anak-anak.
5. Polimiositis / Deramtomiositis bersama kelainan-kelainan jaringan ikat lain.
E. PATOFISIOLOGI.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia. Menurut patologi didapat dari pemeriksaan histologi hasil biopsi otot bervariasi, kelainan-kelainan tersebut adalah:
1. Degenerasi serat-serat otot, baik setempat maupun meluas.
2. Basopilia dari sebagian serat dengan migrasi sentral dari nuklei sarkolemal.
3. Nekrose sebagian / sekelompok serat-serat otot.
4. Inflamasi dari pembuluh darah yang memberi suplai kepada otot.
5. Fibrosis interstitia yang bervariasi tingkatannya dan lamanya dalam waktu timbulnya penyakit.
6. Bervariasi menurut diameter dari serabut.
Penyakit ini biasanya timbul dan sering dijumpai pada otot-otot paroksimal khususnya pelvis dan bahu. Mendaki tangga, berdiri dari kursi dan kegiatana lain yang mengakibatkan badan menjadi semakin sukar atau tidak mungkin melakukannya. Mengangkat lengan semakin lama semakin sukar dan menyisir rambut menjadi tidak mungkin. Otot lain {fleksor leher, otot menelan} juga terserang.
Sakit otot atau lemah terjadi terutama pada tingkat awal. Tanda eritema menunjukan dermatomiositis. Lesi merah yang menyerupai serbuk dapat terlihat didaerah periorbital yang disertai edema. Eritema dapat meluas ke muka, dahi, leher, bahu bagian atas, dada, punggung sebelah atas. Lesi pada lengan dan kaki menyerang permukaan ekstensor, jalur-jalur itu kadang mengelupas.
F. LIMA KRITERIA UTAMA YANG MEMBANTU MENENTUKAN PENYAKIT POLIMIOSITIS / DERMATOMIOSITIS.
1. Kelemahan otot bagian paroksimal.
2. Perubahan khas bagian biopsi otot.
3. Enzim otot meningkat dalam serum {KPK, Adolase, Transaminase, Laktat dehidogenase}.
4. Kelainan elektromiografik.
5. Ruam kulit yang luas.
G. KOMPLIKASI.
° Kesulitan menelan.
° Aspirasi.
° Otot à atrofi dan kontraktur.
° Pada anak vasculitis.
° Perdarahan.
° Perforasi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.
Sama seperti penatalaksanaan miositis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MIOSITIS, POLIMIOSITIS {DERMATOSITOSIS}
A. KELUHAN UTAMA.
B biasanya mengeluh lemah otot, nyeri sendi, sulit atau tidak dapat melakukan kegiatan pergerakan dan pada dermatomiositis ditemukan tanda eritema.
B. RIWAYAT KESEHATAN.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa yang dilakukan untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami kelemahan otot, nyeri sendi sebelumnya dan kebiasaan pasien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada keluarga pasien yang pernah menderita miositis, polimiositis
{deramatomiositis}.
C. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Data subjektif.
ú Kelemahan otot.
ú Nyeri sendi.
ú Nyeri otot.
ú Masalah gastrointestinal {nafsu makan menurun}.
b. Data objektif.
ú Palpasi otot dan sendi apakah ada nyeri.
ú Apakah mengalami kesukaran bernafas.
ú Kontraktur dan atrofi otot.
ú BB menurun.
ú Observasi kemerahan pada siku, tangan, lutut, bahu, dada.
{dermatomiosistis}.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
a. Pemeriksaan / tes secara manual.
Tes otot secara manual untuk menetukan tingkat kelemahan otot akibat penyakit.
b. Biopsi otot.
c. Elektromyografi.
d. Tes serum enzim {serum SGOT}, creatinin, CPK dan adolase meningkat.
e. Tes urine 24 jam.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Tidak mampu mengerjakan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Intervensi:
ú Bantu pasien dalam melaksanakan ADL.
ú Memberikan alat bantu untuk ambulatori yang sesuai untuk memudahkan melaksanakan aktivitas.
ú Menganjurkan pasien untuk melatih kegiatan sehari-hari bila ada gejala sudah tidak ada.
ú Merubah posisi pasien sesuai dengan kebutuhan.
ú Mengatur posisi yang nyaman.
Evaluasi: pasien dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa kecapaian.
2. Potensial cidera berhubungan dengan defisit motorik.
Intervensi:
ú Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ú Mengganti posisi tidur dan derajat gerakan untuk mencegah kontraktur.
ú Mempertahankan posisi yang nyaman.
ú Cegah tekanan untuk daerah tonjolan dengan pelindung yang seimbang.
ú Anjurkan pasien untuk istirahat dan kegiatan yang seimbang
Evaluasi: tidak terjadi cidera fisik pada pasien.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesukaran menelan.
Intervensi:
ú Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit.
ú Berikan makanan yang lunak.
ú Timbang BB dengan teratur.
ú Auskultasi peristaltik usus.
ú Observasi intake dan output nutrisi.
Evaluasi: status nutrisi pasien baik.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Intervensi:
ú Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan lama berlangsungnya penyakit.
ú Beri penyuluhan mengenai istirahat dan kegiatan yang seimbang.
ú Memberi penyuluhan alat ADL yang digunakan.
ú Memberi penyuluhan agar pasien menggunakan steroid yang dianjurkan, bagaimana cara menggunakannya, dosis, efek samping dan apa yang harus diperhatikan.
Evaluasi: pasien mengerti mengenai penyakit dan pengobatan yang diperlukan demikian juga pengobatan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
ú Stanley L. Robbins dan Vinay Kumar, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedoteran, EGC.
ú Barbara C. Long, Perawatan Medikal bedah 2 {Suatu Pendekatan Proses Keperawatan}, YIAPK, Padjajaran, Bandung .
ú Stanley L. Robbins dan Vinay Kumar, Buku Ajar Patologi II, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
ú Dr. Sutrisna Himawon, Patologi, Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar