FRAKTUR
I. FRAKTUR
a. Definisi
Fraktur adalah diskontinuitas atau kepatahan pada tulang baik bersifat terbuka atau tertutup.
1. Fraktur Complete : Pemisahan komplit menjadi 2 fragmen
2. Fraktur incomplete : Patah sebagian tanpa pemisahan
3. Fraktur closed : Patah tulang, kulit masih utuh.
4. Fraktur komlikata : Patah terlihat menusuk kulit
5. Fraktur commuited : Tulang patah menjadi hancur
b. Etiologi
1. Trauma misalnya kecelakaan lalu lintas
2. Pathologis misalnya tumor
3. Obat-obatan misalnya streroid.
c. Patofisiologi
Tulang dipegang secara relatif kuat pada posisi anatomis yang normal oleh bentuknya, penonjolan dan prosesusnya seta ligament dan tendonnya yang kuat memegang ke persendian. Otot – otot yang mengelilingi tulang sepanjang batangnya juga menciptakan perlindungan. Tetapi jika suatu daya yang kekuatannya lebih superior dari pada tulang, otot, tendon atau ligament diterapkan secara langsung maupun tidak langsung, maka daya tersebut akan menyebabkan jaringan melawan atau menentangnya dan tulang akan patah jika mampu melawan kekuatan.
Tulang yang mengalami fraktur tidak dapat lagi memelihara panjangnya yang normal kecuali kedua pragmennya bertubrukan satu sama lain. Biasanya terjadi pemendekan, kontraksi otot dan spasme sebagai respon terhadap stimulus dari trauma tersebut.
FRAKTUR RADIUS
Fraktur menurut E. Oswari (1989) adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal dan patologis, pada anak-anak tulang lebih lentur karena proses kalsipikasi, sebaliknya pada orang dewasa terutama pada wanita menopause tulang lebih lemah karena proses penuaan.
Sedangkan menurut Petrus Adrianto (1983), fraktur adalah bila tulang hidup normal mendapat kekerasan yang cukup menyebabkan patah, maka pasti menimbulkan kerusakan yang hebat pada struktur jaringan lunak yang mengelilinginya.
Menurut Purnawan Junaidi, et al (Kapita Selekta Kedokteran, 1982) fraktur radius terbagi:
1. Fraktur colles
Tanda-tanda:
a. Fraktur radisu 1/3 distal dengan jarak kurang lebih 2, 5 cm dari permukaaan radisu .
b. Dislokasi pragmen distalnya kearah poterior / dorsal.
c. Avulasi prosessus stiloideus ullna.
d. Subluksasi radioulnar distal.
Secara klinik bentuk permukaan tangan seperti garpu makan, mekanisme terjadinya fraktur colles yakni penderita jatuh dalam tangan terbuka, tubuh berserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbaka yang terviksir ditanah berputar keluar (eksorotasi / supinasi), biasanya pada orang tua fraktur sering bersifat kominitif.
Reposisi mudah , yang sulit mempertahankan kedudukan yang telah tereposisi, imobilisasi dengan gifs di atas siku, siku flexi 90 derajat, lengan bawah prorasi maximal , pergelangan tangan dalam kedudukan devinasi ulnar dan semi flexi. Mutlak dilakukan pengecekan terhadap kedudukan karena mudah terjadi redislokasi oleh tarikan otot-otot.
Proses penyembuhan fraktur:
1. Hematom Formation
Darah menumpuk dan mengerutkan ujung tulang patah.
2. Pembentukan Fibrin
Hematom terorganisir karena fibrolus masuk lokasi cedera membentuk gumpalan fibrin, berdinding sel darah putih.
3. Inflasi Osteoblast
Osteoblast masuk fibrolis mempertahankan sambungan tulang pembuluh darah mengalirkan nutrisi ----- kolagen ------ satu kalsium.
4. Callus Formation
- Osteobalst …jala….tulang ….. Tulang mati dan membantu sintesa tulang baru.
- Collagen kuat dan menyatukan kalsium.
5. Remodelling
Callus yang berlebihan diabsobsi dan tulang pada garis cidera.
Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan fraktur:
1. Usia
2. Penyakit yang pernah diderita (DM, hipertensi, dsb).
3. Stress
4. Mobilisasi atau imobilisasi
5. Penghambat callus, penyebab callus remuk, edema, infeksi, gizi kurang, tindakan koreksi (bedah).
Komplikasi – komplikasi fraktur:
a. Syock
Syock hypovolemik atau traumatik yang terjadi karena hemoragi dan hilangnya cairan ekstra celluler ke dalam jaringan yang rusak.
b. Embolisme lemak.
Globulin lemak dalam jumlah besar dapat bergerak menuju darah karena tekanan pada sum-sum lebih besar dari pada tekanan pada kapiler atau kenaikan katekolamin karena stress klien dapat menyebabkan mobilisasi asam lemak terbentuk dalam darah berkombinasi dengan platetet akan membentuk emboli, yang dapat menyumbat pembuluh darah yang mensuplai keotak.
c. Syndrom Kompartemen.
Kontraktur ischimia volkman terjadi karena kompresi atau kerusakan pada arteri brachiale.
d. Nekrosis Tulang
Kehilangan suplai darah dan jaringan tulang mati.
Tanda dan gejala:
- Kelainan setempat
- Edema atau adanya masa
- Jaringan distal terletak pada posisi atau sudut yang abnormal
- Pembatasan penggunaan bagian tersebut
- Crepitasi
- Nyeri atau melunaknya bagian tersebut
- Kelemahan atau ketidakmampuan menggunakan bagian tersebut secara normal.
- Kulit di atas bagian terinjuri terbuka atau utuh
- Hasil roentgen menanpakkan trauma atau kepatahan pada tulang.
e. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
- Reduksi fraktur terbuka atau tertutup dengan fiksasi internal pada fragmen fraktur seperti Pin, nail screw, staples dan plate wire.
- Artroplasti sendi atau penggunaan total
- Pemasangan Brache (alat penyokong / pelurus), traksi, bebat, atau sling.
2. Kemoterapiutik
Analgetik, narkotik, sedatif, antibiotik, relaksan otot.
3. Suportif
- Pemberian kompres es
- Tirah baring dalam posisi khusus
- Diet TKTP, aktivitas, istirahat, pembatasan mobilitas.
- Terapi fisik atau physiotherapy
II. KONSEP PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OPEN FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS DEXSTRA.
Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis selama upaya memperbaiki atau memelihara klien sampai bertaraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal atau membantu kebutuhan klien.
Proses perawatan adalah cara yang teratur dan sistematis dan menentukan masalah serta memenuhi kebutuhan klien.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan di mana suatu data dan informasi dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan atau keperawatan baik aktual ataupun potensial.
Pada langkah ini data yang diperlukan pada klien tersebut adalah:
a. Identitas klien meliputi, Nama, umur, pekerjaan, agama, alamat, pendidikan terakhir, No. Register dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab meliputi; Nama, umur, pekerjaan, agama, alamat dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat penyakit.
1) Keluhan utama: Biasanya klien mengalami fraktur terbuka atau tertutup akan mengeluh rasa nyeri atau sakit terlebih saat digerakkan.
2) Riwayat penyakit sekarang; biasanya klien mengalami suatu trauma seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh terpukul dan sebagainya di samping itu perlu ditanyakan beberapa lama sudah terjadi.
3) Riwayat penyakit dahulu; ditanya penyakit penyerta dan kondisi yang memberatkan seperti: DM, jantung, hipertensi, kerapuhan tulang dan sebagainya.
4) Riwayat penyakit keluarga: hal ini tidak terlalu berhubungan dengan keadaan klien yang, mengalami fraktur.
5) Pengkajian fisik.
- Inspeksi: Meliputi data tingkat kesadaran klien, keadaan umum, dan pada daerah yang terinjuri atau mengalami fraktur misalnya odema, adanya peradangan, luka, sianosis dan apakah terdapat dislokasi dan klien tampak gelisah.
- Palpasi: untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh, turgor kulit dan pembengkakan pada ekstremitas yang mengalami fraktur apakah ada terdapat rasa nyeri.
- Auskultasi: untuk mendengarkan peristaltik pada abdomen, bunyi pernafasan dan bunyi jantung.
- Prosedur diagnostik: Pada pemeriksaan laboratorium yang perlu dikaji adalah darah lengkap (Hb, leukosit, eritrosit, Led, dll).
- Perkusi: untuk mengetahui bunyi tympani apabila terdapat kembung pada abdomen.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang dibuat oleh perawat berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai respon klien terhadap penyakitnya, baik perawatan yang aktual maupun potensial. Pada klien yang mengalami fraktur terbuka atau tertutup pada radius atau ulna adalah dilakukan immobilisasi, maka diagnosa yang ditegakkan adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan adanya fraktur terbuka pada radius dextra.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan peradangan.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan klien tentang prosedur dan tindakan operasi.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
e. Gangguan pola eliminasi sehubungan dengan tirah baring.
3. Rencana perawatan
Dalam memenuhi kebutuhan klien perawat perlu memikirkan cara pemenuhan kebutuhan klien tersebut sehingga dalam pemenuhan ini perawat hendaknya merencanakan tindakan yang ingin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan klien. Adapun rencana perawatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Pre Op:
a. Nyeri berhubungan dengan fraktur terbuka pada radius dextra.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi : - Observasi type nyeri
- Beri posisi yang nyaman
- Beri kompres es pada daerah fraktur
- Beri analgetik sesuai terapi
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan peradangan.
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitasnya.
Intervensi : - Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif maupun pasif.
- Beri bantuan untuk pemenuhan gizi sehari-hari.
- Beri nutrisi yang adekuat.
- Libatkan keluarga klien dalam pemenuhan ADL.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur dan tindakan operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien hilang atau berkurang.
Intervensi : - Observasi keadaan klien dan tingkat kecemasan
- Berikan penjelasan dan pengertian tentang proses penyembuhan klien
- Pertahankan lingkungan yang tenang.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Intervensi : - Rawat luka klien secara aseptik dan antiseptik.
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Berikan obat antibiotik sesuai terapi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
OPEN FRAKTUR RADIUS DEXTRA DIRUANGAN
ORTOPEDI RUMAH SAKIT UMUM ULIN BANJARMASIN
I. BIODATA
Nama klien : Tn. SN
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Alamat : Basirih Tengah Rt.53
Tanggal MRS : 16 – 9 – 2002
No. RMK : 46.87.42
Diagnosa Medis : Open Fraktur Radius Dextra 1/3 Distal
Tanggal Wawancara : 25 – 9 – 2002
Penanggung Jawab : Tn. Amin
Hub. Dengan Klien : Paman
II. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian patah tulang tangan sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 16 September 2002 klien mengalami kecelakaan dalam mengerjakan bangunan, tangan kanan klien kejatuhan drum ( tong ) berisi air dari ketinggian beberapa meter, tangan kanan klien luka robek dan sakit digerakkan.
Pada tanggal 16 September 2002 klien segera dibawa ke UGD RSU Ulin Banjarmasin serta mendapat terapi dan di rawat di ruang Orthopedi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan yang sama dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung, alergi dan penyakit menular.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung maupun penyakit menular.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 24 x/menit
T : 37 0C
2. Kulit
Keadaan kulit bersih, tidak ada lesi dan peradangan, turgor kulit dapat kembali dalam kurang dari 2 detik, warna hitam, pada seluruh ekstremitas yang lain terkecuali pada tangan kanan terdapat lesi pada daerah fraktur, edema, peradangan.
3. Kepala dan Leher
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, warna rambut hitam, tebal, distribusi rambut merata tidak ada lesi maupun peradangan. Bentuk leher simetris, tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe atau tyroid, pergerakan leher cukup baik, tidak ada keluhan nyeri kepala atau pusing.
4. Penglihatan atau Mata
Penglihatan berfungsi dengan baik, dapat melihat atau membaca dengan jarak 30 cm tanpa alat bantu. Keadaan mata bersih, konjungtiva tidak anemis, keadaan refleks pupil miosis bisa melihat cahaya, sklera tidak ikterik, pergerakan bola mata dapat bergerak bebas.
5. Penciuman dan hidung
Bentuk simetris, tidak terdapat epitaksis, tidak ada lesi, tidak terdapat polip, tidak terdapat sekret yang keluar, tidak ada nyeri, tidak ada peradangan. Fungsi penciuman klien dapat membedakan bau alkohol dengan balsam.
6. Pendengaran dan Telinga
Bentuk telinga luar simetris, tidak ada cairan yang keluar dari liang telinga, tidak terdapat perdarahan, peradangan ataupun lesi, klien mampu berkomunikasi dan mengikuti pembicaraan perawat.
7. Mulut
Keadaan mulut bersih, gigi lengkap, fungsi pengecapan klien dapat membedakan rasa manis dan asin, tidak ada masalah dalam menelan, maupun mengunyah makanan, mukosa mulut lembab.
8. Dada / pernafasan / sirkulasi
Bentuk dada simetris, pergerakan nafas ekspirasi dan inspirasi berlangsung spontan, keadaan dada bersih, frekuensi nafas 24 x/menit, pola pernafasan reguler, bunyi nafas vesicular, tidak ada ronchi atau whezing . Tidaka ada keluhan nyeri, bunyi jantung s1 s2 tunggal , tidak ada cyanosis dan ferifer hangat.
9. Abdomen
Keadaan abdomen bersih tidak ada ditemukan pembesaran hati, limfa, vena abdomen, tidak ada nyeri tekan, peristaltik 10 x/menit.
10. Genitalia dan reproduksi
Keadaan pada daerah genitalia cukup bersih, tidak ada keluhan nyeri, Bak normal tanpa alat bantu.
11. Ekstremitas atas dan bawah
Atas: inspeksi / palpasi : tangan kiri normal dapat bergerak sesuai fungsi, tangan kanan terdapat luka robek panjang 5 cm dengan 4 jahitan, dibalut perban, edema, krepitasi, nyeri tekan pada saat digerakkan pada lokasi fraktur.
IV. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL.
1. Aktivitas dan istirahat
Di rumah: klien bekerja sebagai buruh bangunan waktu siang klien dihabiskan untuk bekerja sehingga tidak ada tidur siang, tidur malam kira-kira 7-8 jam.
Di Rumah Sakit: Klien bed rest dengan aktivitas minimal, klien sering terbangun disaat tidur apabila merasa nyeri. Tidur siang 1 jam, dan tidur malam 6 jam.
2. Personal Hygiene
Di rumah: Mandi 2 x sehari pagi dan sore hari, ganti pakaian 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari pagi dan habis makan malam.
Di rumah sakit: Klien mandi, gosok gigi, ganti pakaian hanya satu kali sehari, dibantu oleh isteri.
3. Nutrisi
Di rumah: Makan 3 x sehari, tidak ada pantangan, makan sayur, minum teh dan air putih 4-5 gelas / hari.
Di rumah sakit: Makan 3 x sehari diet TKTP, habis 1 porsi minum 4-5 gelas / hari.
4. Eliminasi
Di rumah: Bab 1-2 x sehari, warna kuning konsistensi lembek, Bak 4-5 x sehari. warna kuning jernih.
Di rumah sakit: Bab 1 x / 1-2 hari , Bak 4-5 x sehari warna kuning agak tua.
5. Seksualitas
Klien berusia 39 tahun, sudah menikah dan punya 4 orang anak dan tinggal dalam satu rumah.
6. Psikososial
a. Sosialisasi
Klien cukup dikenal di lingkungannya, hal ini terlihat dari kunjungan teman dan keluarga klien.
b. Adaptasi
Klien mau diajak berkomunikasi, setiap pertanyaan diajukan oleh perawat dapat dijawab dengan baik. Klien mau menerima dirinya dan pasrah dengan apa yang terjadi. Namun klien merasa cemas pada tindakan operasi yang akan dijalaninya.
7. Spiritual
Klien beragama Islam dan selama di rawat klien tidak dapat melaksanakan ibadah sebagaimana layaknya seorang Muslim yang sehat, namun klien hanya berdoa di atas tempat tidur.
V. DATA DIAGNOSTIK
Laboratorium tanggal 20 – 9 – 2002
- Hb : 10,8 gram % (13,5 – 17,5 gram %)
- Leukosit : 8800 (4000-11000)
- HT : 33 (40-50 )
- Trombosit : 207000 ( 150-350 ribu )
- Gol Darah : A
- IV perdarahan : 1, 30 (1-3)
- IV Pembekuan : 4, 10 (4-9)
Kimia Darah tanggal 20 –9 –2002
- Gula darah puasa : 88 (70-110)
- Colesterol : 142 (220)
- Trygliserida : 111(150)
- SGOT : 17 (8-38)
- SGPT : 35 (4 – 41)
- Urea : 41 (20 – 40)
- RUN : 19 (10-20)
- Creatin : 0, 8 (0, 7-1, 1)
- Asam urat : 4.0 (2, 5 – 7, 0)
Pengobatan:
- Cipodroxil 3 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Perawatan luka dengan jahit 4 buah.
ANALISA DATA
No | Data Subjektif dan Objektif | Etiologi | Masalah |
1. | DS : Klien mengatakan nyeri pada tangan kanan seperti terbakar. DO: -Bentuk asimetris. -Odema pada tangan kanan. -Terdapat luka pada tangan kanan dengan diameter 5 cm dan berbalut perban. -Hasil roentgen : open fraktur radius dextra 1/3 distal. | Adanya fraktur terbuka pada radius dextra 1/3 distal | nyeri |
2. | DS : Klien mengatakan merasa takut untuk menghadapi operasi. Klien sering bertanya-tanya tentang rencana operasi. DO: - | Kurang pengetahuan tentang prosedur dan tindakan operasi | cemas |
3. | DS : - DO: -Lokasi luka radius dextra 1/3 distal. -Diameter luka 5 cm. -Terdapat serum yang keluar dari luka. | Adanya fraktur terbuka pada radius dextra 1/3 distal | Gangguan integritas kulit |
DAFTAR MASALAH
No | Diagnosa Keperawatan | Tgl Muncul | Tgl Teratasi |
1. | Nyeri berhubungan dengan adanya fraktur terbuka pada radius dextra ditandai dengan : - Klien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kanan. - Klien tampak meringis kesakitan saat digerakkan tangan kanannya. - Hasil Roentgen: open fraktur radius dextra 1/3 distal. - Tampak luka pada tangan kanan diameter 5 cm dan terbalut verban. | 25 – 9 – 2002 | - |
2. | Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan klien tentang prosedur dan tindakan operasi ditandai dengan : - Klien mengatakan merasa takut untuk menghadapi operasi. - Klien sering bertanya-tanya tentang rencana operasi. | 25 – 9 – 2002 | 26 – 9 – 2002 |
3. | Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka fraktur terbuka 1/3 distal radius dextra ditandai dengan : - Lokasi luka pada 1/3 distal radius dextra. - Terdapat serum keluar dari luka. | 25 – 9 – 2002 | 28 – 9 – 2002 |
CATATAN PERKEMBANGAN
No | Hari/Tgl/Jam | Dx. Kep | Perkembangan |
1. | Kamis, 26-9-2002 09.30 wita | I | S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang skala nyeri 2 ( 0-5 ). O: - Tampak wajah klien meringis kadang-kadang. - Masih sakit waktu digerakkan. A: Rasa nyeri teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4. I : 1. Observasi tipe nyeri. 2. Berikan posisi yang nyaman. 3. Berikan antibiotik sesuai terapi. 4. Berikan kompres dingin. E : Rasa nyeri berkurang. |
2. | Kamis, 09.30 wita | II | S : Klien mengatakan dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan menggerakkan tangan dan jari-jarinya sedikit demi sedikit. O: - Dapat menggerakkan jari-jarinya sedikit demi sedikit. - Klien dapat jalan-jalan dan duduk keluar kamar. A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1, 3, 4 dan 5. I : 1. Dorong klien melakukan ROM aktif/pasif. 3. Beri nutrisi yang adekuat (diet TKTP). 4. Libatkan keluarga dalam mengambil keputusan. 5. Kolaborasi untuk tindakan operatif. E : Klien dapat menggerakkan tangan dan jari sedikit demi sedikit. |
3. | Kamis, 09.30 wita | III | S : Klien mengatakan siap menerima segala tindakan maupun perawatan selanjutnya. O: - Bersedia dilakukan operasi. - Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang operasi dirinya. A: Rasa cemas teratasi. |
4. | Kamis, 09.30 wita | IV | S : - O: Lokasi luka basah dan sedikit ada keluar serum dari luka. A: Gangguan integritas kulit belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3. I : Melakukan intervensi 1, 2 dan 3. E : Lokasi luka masih basah. |
5. | Jumat, 09.00 wita | I | S : Klien mengatakan terasa nyeri kadang-kadang. O: - Klien meringis kadang-kadang. - Jari-jari masih kaku dan sakit apabila digerakkan. A: Rasa nyeri teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4. I : Melakukan intervensi 1, 2, 3 dan 4. E : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang ( 2 ). |
6. | Jumat, 09.00 wita | II | S : Klien mengatakan dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan menggerakkan tangan dan jari-jarinya sedikit demi sedikit. O: - Jari-jarinya dapat bergerak sedikit-sedikit. - Klien kadang-kadang duduk keluar kamar. A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4. I : Melaksanakan intervensi 1, 2, 3 dan 4. E : Klien dapat menggerakkan tangan dan jari sedikit demi sedikit. |
7. | Jumat, 09.00 wita | IV | S : - O: Lokasi luka masih basah dan sedikit masih keluar serum dari luka. A: Gangguan integritas kulit belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3. I : Melakukan intervensi 1, 2 dan 3. E : Lokasi luka masih basah. |
8. | Sabtu, 09.30 wita | I | S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang. O: - Jari-jari sedikit masih terasa sakit. - Klien tidak tampak meringis lagi. A: Rasa nyeri teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4. I : Melakukan intervensi 1, 2, 3 dan 4. E : Klien tidak tampak meringis lagi. |
9. | Sabtu, 09.30 wita | II | S : Klien mengatakan dapat melakukan gerakkan-gerakkan yang dianjurkan oleh perawat baik pasif maupun aktif. O: - Jari dan lengan dapat digerakkan. - Kekakuan berkurang. - Klien dapat melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan. |
10. | Sabtu, 09.30 wita | IV | O: Lokasi luka sudah kering dan bersih. A: Gangguan integritas kulit teratasi. |
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal Jilid I Edisi 1. Pusdiklat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia . Jakarta . 1990
Agus, Rachmadi. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Departemen
Kesehatan Poltekes Banjarmasin Jurusan Keperawatan. Banjarbaru.
2002
Doengus. NCP. 1986
Depkes. Kumpulan Naskah Lokakarya Keperawatan. Pusdiklatkes.
Lismidar, Dkk. Proses Keperawatan. UI. Jakarta . 1990
M.A, Henderson . Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yayasan Essentia Medika
Walf/Weitzel/Fuurs. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. 1984
RENCANA KEPERAWATAN
No | Hari/Tgl | Dx.Kep | Tujuan | Intervensi | Rasional | Implementasi | Evaluasi |
1. | Rabu | I | Rasa nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria: - Klien mengatakan rasa nyeri tidak terasa lagi. - Klien tidak tampak meringis dan merintih lagi. | 1. Observasi type nyeri untuk menilai perkembangannya. 2. Berikan posisi yang nyaman pada bagian tangan yang nyeri (tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena). 3. Berikan analgetik sesuai terapi dokter dan observasi keefektifannya. Asam mefenamat 3x500 mg/hari. 4. Berikan kompres dingin 24-28 jam pertama. | 1. Untuk mengetahui jenis dan sifat dari rasa nyeri sehingga dapat diberikan keperawatan sesuai dengan respon klien. 2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan odema dan menurunkan rasa nyeri. 3. Obat analgetik mengurangi persepsi seseorang tentang rasa nyeri terutama daya kerjanya menekan sistem syaraf sentral. 4. Menurunkan odema dan sensasi nyeri. | 1. Mengobservasi type nyeri untuk menilai perkembangannya dan tindakan selanjutnya skala nyeri 3 ( 0-5 ). 2. Memberikan posisi yang nyaman pada bagian tangan yang nyeri dengan meninggikan bagian yang fraktur. 3. Memberikan analgetik sesuai terapi. Asam mefenamat 500 mg. 4. Memberikan kompres pada daerah punggung tangan dan pergelangan tangan. | Rasa nyeri berkurang. Skala nyeri 2 ( 0-5 ). |
2. | Rabu | II | Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan kriteria : Klien mampu menggerakkan tangan dan jari-jarinya. | 1. Dorong klien melakukan latihan ROM aktif maupun pasif. 2. Beri bantuan untuk pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari. 3. Beri nutrisi yang adekuat (diet TKTP dan tinggi kalsium). 4. Melibatkan keluarga dalam mengambil keputusan. 5. Kolaborasi untuk tindak-kan operasi restrukturisasi tulang yang fraktur. | 1. Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi dan atrofi pada otot. 2. Pemenuhan kebutuhan klien terpenuhi. 3. Mengganti nutrisi yang hilang dan membantu mempercepat penyembuhan. 4. Terjalin suatu kerja sama dalam pengambilan suatu keputusan dalam perawatan. | 1. Mendorong klien melakukan ROM aktif maupun pasif. 2. Memberikan bantuan untuk klien yang tidak dapat dilakukan sendiri. 3. Memberikan nutrisi diet TKTP dan tinggi kalsium. 4. Melibatkan keluarga dalam mengambil keputusan. | Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan menggerakkan tangan dan jari-jarinya sedikit demi sedikit. |
3. | Rabu | III | Cemas klien berkurang atau hilang dengan kriteria : - Klien mau menerima keadaannya. - Klien tidak terlihat sedih. | 1. Observasi klien dan tingkat kecemasan klien. 2. Berikan penjelasan dan pengertian tentang keadaan program penyembuhan dan prosedur operasi. 3. Pertahankan lingkungan yang tenang dengan batasi pengunjung, cukup 1-2 orang/pasien. | 1. Untuk mengetahui sejauh mana mekanisme koping klien terhadap cemas yang dialami. 2. Klien memperoleh pengetahuan dan informasi tentang proses penyembuhan tangannya. 3. Keadaan lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. | 1. Mengobservasi klien dan tingkat kecemasan klien dalam menerima keadaannya. 2. Memberikan penjelasan dan pengertian tentang prosedur operasi. 3. Mempertahankan lingkungan yang tenang dengan membatasi pengunjung, cukup 1-2 orang/pasien. | Cemas klien berkurang klien mau menerima segala tindakan dan perawatan selanjutnya. |
4. | Rabu | IV | Gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria : - Kulit bersih pada daerah fraktur. - Tidak ditemukan tanda infeksi. | 1. Rawat luka secara aseptik dan antiseptik tiap hari jam 08.30 wita. 2. Observasi tanda-tanda infeksi. 3. Berikan obat antibiotik sesuai anjuran. Silamox 1 gram IV 2 x/hari. | 1. Membantu proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. 2. Untuk mengetahui dan memudahkan prosedur perawatan dan tindakan. 3. Bekerja sebagai pembunuh mikro organisme. | 1. Merawat luka secara aseptik dan antiseptik. 2. Mengobservasi tanda infeksi. 3. Memberikan obat antibiotik. Silamox 1 gram. Aprodoxil 500 mr. | Gangguan integritas kulit belum teratasi luka keluar serum sedikit. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar